"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Institutional Parenting


“Mau tidak mau, bisa tidak bisa, kaderisasi sebuah lembaga menjadi tanggung jawab setiap departemen. Bukan hanya menjadi beban-beban di bahu PSDM’ers yang tangguh.“
Jujur, hidup ini sungguh cantik skenarionya. Harus sejujur apa lagi saya ungkapkan ya, nampaknya tak cukup elok dilukiskan dengan kalimat maupun kata yang terucap. :)

Segala bentuk kesiapan fisik, jiwa, ruh, dan asa telah tersongsong dengan manisnya di awal pergantian tahun 2013 kala itu. Wallahu’alam, sesak, haru, berkaca, senyum, pikiran penuh strategi, bayangan orang tua dan adek di rumah, profesi ke depan, PKM, DS, AAI, akademik, skripsweet, dan pinangan yang tak pernah terbersit sebelumnya (Menjadi Kepala Departemen Media.Red). Oh Allah, Ulfa yakin Engkau sedang mempersiapkan suatu hal yang lebih agung di tahun ini. 

Mungkin yang masih separuh-separuh hati ini terikat untuk terus mengikis dosa di keheningan malam, yang masih terdistorsi alam bawah sadarnya ketika bertatap muka dengan-Nya, atau yang masih harus mengasah potensial diri untuk menebar kebermanfaatan. Sehingga qadarullah menggariskan memang harus sematan Kepala Departemen Media Gama Cendekia yang melekat di tahun ini untuk bantalan lompatan yang lebih jauh di tahun yang lebih mentriger sesudahnya. Baiklah, akhirnya termantapkan utuk memilih belajar menjalani semua, dengan segala kelemahan dan topangan kekuatan penuh dari-Nya. 

Satu bulan, dua bulan, dan berjalan tiga bulan kepengurusan...

Walhasil dengan segala keharuan, justru saya belajar banyak atas proses ini. Yang saya namakan “Institutional Parenting” :)

Menjadi seorang Kepala Departemen Media artinya saya menjadi seorang Bunda –ini panggilan yang  saya inginkan kelak, panggilan bersahabat :) hehe-. Belajar manajemen pola asuh anak yang tak dapat terelakkan dalam proses perjalanan di satu kepengurusan. Dalam hal ini, sebut saja kaderisasi, yang saya lebih memaknainya pengibaratan ‘institutional parenting’. Why? Karena memang bisa diibaratkan proses-proses penjagaan anggota -entah itu staff, staff ahli, staff magang- di sini sesungguhnya sama saja termaknai dengan menjaga dan memelihara seorang anak. Tidak layak ada satu pun yang luput dari perhatian dan penjagaan kita. Layaknya kita merawat anak, pastinya tak akan mungkin sanggup mengacuhkan satu pun ketika tak ada kabar padahal tidak hadir saat pertemuan keluarga besar. 

Rasa untuk terus ingin mengenal lebih dalam, menggali potensi optimal dan memperhatikan satu per satu tanpa ketimpangan sudah selayaknya tumbuh dan terpupuk dari hati yang terdalam. Segala manifestasinya tentu akan lebih hidup dan sampai pada setiap hati yang tersentuh atas ikhtiarnya. 

Institutional termaknai karena kita berada dalam sebuah lembaga. Artinya setiap bakat dan potensi anggota –yang diibaratkan anak- di sini harus teroptimalkan untuk kebermanfaatan di lembaga. Sebagaimana mampu potensi masing-masing individu tersebut menopang sendi-sendi untuk menegakkan tubuh visi dan misi lembaga kita. 

Dengan jujur, yang saya sadari sekarang, ternyata mempunyai anak banyak itu memang harus di rintis sejak belum terealisasikan. Salah satunya menjadi kadept lembaga :D
dulu ketika di MSC (Medical Science Club FK UGM), adek saya cukup 6 dan sungguh relatif sama. (sama-sama baiknya, sama-sama kompaknya, sama-sama alimnya, sama-sama jurusannya, sama-sama kompetensinya dikerahkan, dan mungkin hanya sedikit perbedaan). 

Sedangkan tantangan di posisi sekarang terasa lebih berwarna, mempunyai 1 staff ahli, 10 staff, dan 21 staff magang yang cukup variatif. (btw, pusing juga kalo punya banyak anak gini -.-) Dengan potensi yang berbeda, basic ilmu berbeda, peminatan spesifik media yang berbeda, dan semua harus mendapat perhatian ekstra optimal. Sebisa mungkin tak ada yang luput dari pemenuhan kompetensi di masing-masing ranahnya, dan harus kontribusi optimal dengan passionnya.
Pengakuan calon ibunda :D

Saya belum cukup kompeten mengurus banyak anak –untuk sekarang :p-. Karena masih saja keteteran balas sms saat situasi tertentu –entah di jalan, saat kuliah, rapat, kelas DS, dll. Yang akhirnya kelupaan-. Atau yang masih belum cukup banyak waktu mencurahkan sms satu per satu yang belum konfirmasi sms. Saya percaya, mungkin sedang sibuk, atau kelupaan, seperti saya. Sehingga menjadi penting untuk diingatkan atau di sapa satu per satu :)


Pasca 1st Meeting with 2012
Blue Print Media GC 2013
Menyayangi kalian adalah sebuah kelaziman yang bersumber dari Pemilik Muara Cinta, Allah ‘aza wajalla..

Semangat istiqomah untuk beramal di Media, hingga penghujung akhir husnul khatimah kawan semua ^^

Bergerak berkarya, untuk inspirasi dunia :)

Oh ya, satu lagi. Bersabarlah dengan triger deadline kerja sebentar lagi dari saya. :D haha
Semoga dikuatkan... :)

Ahad dini hari, dalam kesunyian Rumah Cahaya
14 April 2013
0 : 59 a.m

0 komentar:

Posting Komentar

Seberkas feedback semoga menjadi amal :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..