"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Biah Sholihah #3


Perkuliahan tempo hari, Selasa, 27 Februari 2013 nampak berbeda. Sampai jemari ini mampu menghitung berapa mahasiswa yang bertahan setia mendengar perkuliahan sore itu sampai sekitar pukul 16.30 WIB. Dari 109an mahasiswa tersisa tidak ada separuh. Kuliah seminar proposal development barokah :)

Serasa jadi santri yang rajin, walhasil, saya bisa menikmati senja di DS. Dan ini lama saya nantikan.

Parkir motor, dan kemudian terbersit seketika itu untuk menuju masjid asrama –sebenarnya saya tinggal di pesantren, tapi lebih nyaman menyebutnya dengan asrama-. Ke kamar pemandu di Jabal Masjid. Senyum merekah ketika itu, saat berpapasan dengan Umi usai dari tempat wudhu (sepertinya).

Entah dengan salam atau tidak, tersenyum, meraih tangan beliau, dan menempelkannya ke pipi.

“Amah sudah pulang?”
“Iya Umi... :)”
Dengan kelembutannya, Umi melangkahkan kaki menuju kamar pemandu. Teriring langkah mengikuti beliau...
“Em.. Umi.. apakah ada amah pemandu?”
“Ada apa amah?”
“Mau menanyakan umi, apakah ada kiriman paket?”

“Oh iya, ada...” sembari berjalan mengambilkan paket yang dimaksud, tertutup hijab.

Kemudian umi bertanya di balik kamar pemandu –yang kami tidak diperkenankan untuk menjangkau ranah ini-

“Amah, kok ada tulisannya ikhwan gaul?”
(deg... mengernyitkan dahi sembari berpikir ketika itu)
“Oh... itu ikhwa’H’ gaul umi... komunitas muslim se Indonesia”

Sedikit bertele-tele memang jika saya menjelaskan bahwa itu adalah komunitas/organisasi terbuka untuk umat muslim manapun yang mau bergabung dengan fikrah yang sama, biasanya followernya pemuda/i atau mahasiswa/i, yang ketika itu atau mungkin tidak sengaja sudah ter-friendlist di facebook saya.

Ya, sepertinya Umi sekilas melihat huruf H layaknya huruf N. Karena kemudian mengulang kembali, dan sejelas saya mendengar tetap mengucapkan...

“Ikhwan gaul...”

Namun saya lupa beliau kembali bertanya terkait apa, yang jelas kembali sedikit menegaskan akhiran H dibelakangnya.

 Tetap dengan ketundukan kepada beliau...

“Iya Umi, itu komunitas muslim se Indonesia. Kebetulan buat kalender, setelah itu Ulfa pesen dan dikirim via paket.. :) “
Sambil menyerahkan paket kalender ke saya “Oh, jadi bukan dari personal ya amah? :) “
“Bukan Umi... :’) Jazakillah khair...”

Berbalik arah dan kemudian menahan sisa-sisa perasaan yang mengharu biru.

Allah.. betapa Engkau sayang kepada hamba, hingga orang-orang di dekat kami merupakan insan yang senantiasa menjadi ‘alarm’ koridor syariatmu :’)

Sambil kembali melihat-lihat tulisan, DARI : IKHWAH GAUL.. “Oh, ya... bisa saja hanya sekilas melihatnya” dalam hati

Saya tidak tahu apakah Umi sampai sekarang masih mempersepsikan samarnya huruf H itu sebagai huruf N. Karena ini tidaklah lebih penting dari segala hal yang menghiasi pusat pikir beliau sekarang, kesehatan beliau, adek-adek (putra/i Umi), abi, santri, umat... dan segala hal yang menguatkan kehidupan beliau...

Namun yang jelas, sepadat apapun yang menjadi tanggung jawab beliau, masih sempat memikirkan hal-hal kecil dari kami, santri binaannya. Oh, bukan. Sepertinya suatu hal yang besar, karena beliau lebih jauh arah pandangnya ke depan.

Saya hanya teringat ketika itu, Abi dan Umi sempat menerima paket untuk santri yang isinya boneka. Kiriman paket itu dari ikhwan (parah ! geleng-gelengà sepertinya belum baca tulisan plakat gedhe di atas gedung “Pesantren Mahasisw’i’ Darush ‘Shalihat’ :D, khusnudzan saja, khilaf, salah alamat). Dan jelas, walhasil... tidak akan pernah sampai kepada yang semestinya menerima. –cerita pemandu atau siapa lupa-
Dan terbersit ketika ini, sesekali tertegun dengan soal-soal ujian akhlak yang selalu membuat tergetar saat mengerjakan...

Bagaimana pendapat anti tentang parkir motor yang tidak rapih?
Bagaimana jika anti mendapat hadiah boneka dari ikhwan? –soal zaman dahulu kala, katanya pemandu-
Bagaimana pendapat anti tentang piket?
Bagaimana pendapat anti jika sandal tidak rapi?

Redaksinya tidak sama persis sebenarnya... dan seterusnya, dan seterusnya, dan sudah cukup saya dibuat tenggelam dalam rasa malu yang mendalam... -.-

Mau mewariskan apa pasca DS fah? :’)

Ini untuk dek Lutfi :) semoga barokah...


23:38 p.m
-Di penghujung Februari Mubarok-

Pasca Presentasi Proker GC


Name Snown


Air Mata Keinsafan (Nasyid The Zikr)

Suatu malam beberapa hari yang lalu saya tergenang oleh nasyid ini :')

_nasyid lama_
#Selagi Mengingatkan kepada Allah :)



Air mata keinsafan
Yang mengalir di malam sepi
Inilah dia pelembut jiwa
Bagi mendapat kasih Ilahi

Rintihan di pertiga malam
Dari seorang hamba yang dhoif
Kerna mengenang segala dosa
Moga mendapat keampunan dari Ilahi

Setiap kekasih Allah
Menempuhi jalan ini
Untuk mereka memiliki kejayaan
Ayuh bersama kita susuli
Perjalanan kekasih Allah
Agar kita tiada rugi
Dalam meniti hidup ini

Deraian air mata ini
Titisan yang paling berharga
Buat menyimbah api neraka
Moga selamat di titian Sirat
Bahagia menuju syurga abadi

lirik nasyid dari sini :)

#Videonya tidak ada lirik dan gambar :)

Biah Sholihah #2


Ditengah kepadatan targetan malam ini, si sholihah tiba-tiba menyusup ke kamar saya.

U : Kok kamu kesini sih? Aku lagi pengen baca ini nih... -.- (di depan laptop)
A : Ya udah, baca aja. Nggak kelihatan kok dari sini. (suka usil)
U : -___- ni aku ada targetan banyak malam ini. Kamu kerjain yang lain sana..
A :  iya, aku mau nyetrika habis ini.. (namun tetap dengan posisi yang sama)
U : eh, aku sayang banget sama temen-temen di sini.. :D
A : apa lagi sama aku ya fa? :D
U : zzz..
A : hehe
U : Nih, al.. ni aku di mention sama adek. Dibales apa ya? :D
A : Apa? Oooh.. nggak usah dibales juga nggak papa kok..
U : iih.. ditanya dibales apa malah..
A : hihi.. iya, iya deh.. ditimbang dulu, kalo dibales manfaatnya apa, kalo enggak apa.. min husni    islamil mar i tarkuhu maa laa ya’nihi
U : Artinya??
A : Itu ada di hadits arbain.. :D
U : Artinyaaa? Ditanya artinya juga -__-
A : hehehehe.. Intinya.. ini terjemahan bebas ya, tanda sempurnanya iman seseorang itu (sampe sini udah mak jleeeb) ketika ia meninggalkan hal yang sia-sia.
U : MasyaAllah Al.. kalo gini aja ditimbang, nih liat, aku di twitter aja kayak gini.. -.-a
A : :D itu sih ulfa aja yang mempertimbangkan, barang kali itu cara ulfa sendiri.. :)
U : iyah sih al, kalo kamu tahu aku di kampus, emang udah beda banget sama dulu.. -.-a

Dan akhirnya.. setelah negosiasi, beliau meninggalkan saya :D

Rabbi.. terimakasih telah mengirimkan peri penasehat (lagi) malam ini.. :’)
_merasakan nikmatnya berteman dengan orang yang senantiasa meniupkan atmosfir kedekatan dengan Allah, kedekatan dengan Qur'an dan semangat saling menasehati_

Kutipan hadits Arbain Ke-12 tentang Tanda Kesempurnaan Iman

Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. (Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya)

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Qurrah bin ‘abdurrahman dari Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dan sanad-sanadnya ia nyatakan shahih. Tentang Hadits ini ia berkata : “Hadits ini kalim atnya pendek tetapi padat berisi”. Semakna dengan Hadits ini adalah ucapan Abu Dzar pada beberapa riwayatnya: “Barang siapa yang menilai ucapan dengan perbuatannya, maka dia akan sedikit bicara dalam hal yang tidak berguna bagi dirinya”.
Imam Malik menyebutkan bahwa sampai kepadanya keterangan bahwa seseorang berkata kepada Luqman : “Apa yang menjadikan engkau mencapai derajat yang kami saksikan sekarang?” Jawabnya : “Berkata benar, menunaikan amanat dan meninggalkan apa saja yang tidak berguna bagi diriku”.
Diriwayatkan dari Imam Al Hasan, ia berkata : “Tanda bahwa Allah menjauh dari seseorang yaitu apabila orang itu sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna bagi kepentingan akhiratnya”. Ia berkata bahwa Abu Dawud berkata : “Ada 4 Hadits yang menjadi dasar bagi tiap-tiap perbuatan, salah satunya adalah Hadits ini”.
 dikutip dari sini :)

#BikinJlebLagi

Jazakillah khoir :’)
-Seseorang yang seringkali membuat saya teriris hatinya karena ingat khilafnya diri yang terlalaikan, seseorang yang saya kutip katanya untuk blog ini, "Memilih sikap terbaik, untuk hidup setelah kematian" -

23 : 14 p.m
14/02/2013

Biah Sholihah #1


U : Nggak tahu nih, aku kok jadi biasa aja ya sama hal ini sekarang. Apa kepekaannya jadi berkurang?
M : Makanya jangan dibiasain ukh.. :D (hehe)
U : (jleb..) Astaghfirullah.. iya juga ya.. :(

Maksud hikmah kali ini, “Jangan pernah mentolerir diri sendiri dalam sedikitpun kesalahan, termasuk meremehkan sedikitpun amalan. Ini masalah hati, karena sangat mungkin hati membatu karena tak acuh dengan peluang kebaikan”

Jazakillah khoir untuk nasihat kepada saya di RP siang tadi :)
-seseorang yang mengajarkan saya tentang keikhlasan dan ketawadhu'an- 

18 : 33 p.m
14/02/2013

Terima Kasih #2


Qurrata ‘Ayyun nan teduh :’)

Atas segala hal yang selalu mebuat terisak di hadapan-Nya usai bercermin dari kalian. Dari nooool besar ketika itu. Sampai ulfa pelan-pelan merangkak dan berproses untuk tumbuh jadi muslimah yang lebih qowy :D -sedangkan sampai sekarang masih dalam proses-

Terima kasih atas makna indah dekat dengan Allah, hati yang bersih, beramal karena Allah, belajar Qur’an, tahsin, menjaga diri, menjaga hati, ukhuwah karena Allah, saling mengingatkan, saling menasehati, ikhlas, khusnudzon, tabayyun, rindu karena Allah, mencintai saudara karena cintanya pada Allah, bergetarnya jiwa karena akhlak, bergetarnya hati karena Qur’an dan teririsnya hati karena bercermin dari amalan kalian.

Terima kasih karena telah membuat ulfa memutar setir setelah jauh berbelok dari jalan yang nyaman namun melalaikan. Setidaknya, tertoreh kembali buncahan semangat perbaikan kualitas diri, sebelum akhirnya ikut berlari tergopoh merangkul umat setelah panjang berproses ketika itu...

Setengah tahun lebih di tengah kalian, bertahun dampaknya untuk orientasi hidup seorang ulfa :)

__Mb Yuntari-Azizatul Ulfa-Mb Trie-Mb Nurul-Mb Matul-Lina-Mb Nisa-Mb Cho-Teh Ida-Mb Eka-Mb Ida-Mb Devi-Mb Peni-Tata__

Semoga Allah meneguhkan langkah kita, untuk terus berada di jalan yang terjanjikan syurga oleh-Nya ^^

Hangatnya Biru Cat Qurrata 'Ayyun
@Hokben, ceritanya pamitan :( hiks


12/02/2013
23 : 16 p.m

Terima kasih #1


Untuk teman-teman Akselerasi SMA N 1 Sukoharjo angkatan V, Squad “Mengejar Matahari” yang selama dua tahun kebersamaan telah mengajarkan banyak hal pada pribadi yang masih ‘cari-cari diri sendiri’ ketika itu :)

__Amik-Bintang-Dewi-Dinar-Dani-Erlangga-Latifah-Ulfa-Hutomo-Mia-Nasrul-Nourma-Navy-Rahma-Renita-Resha-Seto-Yusuf__

Tetang ikhlas, sabar, memahami, jadi diri sendiri, kerja optimal, berproses tanpa orientasi hasil (ikhtiar optimal, tawakal maksimal). Dan segala hal lainnya
Semoga Allah senantiasa merekatkan ukhuwah kita sampai di Jannah-Nya, kawan. Aamiin ya Rabb :’)

@Taman Balekambang untuk Buku Tahunan #1

Your character make your style :D (just my perception)

12/02/2013
22 : 45 p.m

Tentang si L



U : Assalamu’alaykum.. Lagi apa dek Lutfi? :D
L : Wa’alaykumsalam. Ki neng dr Oen tilik istrine pak Lurah babaran mbak
U : Wa’alaykum(us)salam fi sebenarnya yang tepat.. hehe ^^V Bareng sp?
L : Hahaha yowes ngono kui naknu. Haha. Babe pakde om
U : Ciee.. yang besok bertambah usia (sedih ya, uda tua) Mau hadiah apa dek? :)
L : Hehehe pengen tambah sholeh wae mbak :D Berbuat yang lebih baik
U : :’) Aamiin ya Rabb.. Semoga dikuatkan, adek..^^
L : Iya kakak :D

Menarik nafas panjang ketika itu, lalu tersenyum haru, karena adek berhasil membuat air mata saya tertetes sebelum berangkat ke Masjid Al Kariim malam ini :’)

12/12/2013
22 : 20 p.m

Dari Konspirasi Usil sampai Stereotipe Anak Kecil



Kala itu hari Selasa, 4 Februari 2013 sekitar pukul 15.00-17.30 WIB di daerah mana saya lupa namanya, masih sekitar Solo, di sebuah bengkel.

Cukup lama keluarga kami menunggu si tunggangan keluarga beres dari sakitnya. Baca buku, break sholat, bercengkerama dengan adek-adek rasanya cukup variatif untuk mengisi waktu ketika itu.

Seperti biasa, kembali kami (saya, bapak dan ibu) digeramkan dengan ulah si tengah, Lutfi, yang usil sama si bungsu, Conny. Candaan terus bergulir, dan tibalah suatu moment dimana di ruang tunggu hanya ada saya, dek Conny dan Ibu yang ada di kursi seberang.

Kembali saya meluncurkan amunisi untuk menggiring dek Conny supaya masuk pesantren :D
U : Saya, Ulfa
C : Conny
L : Lutfi
B : Bapak

U : Dek, suk mben neng pondok Gontor wae ya.. :D
(Dek, besok ke Pondok Gontor aja ya..)
C : Ah, mbuh mbak-mbak, kat mbiyen kok ngono kuwi terus..
(Ah, mbuh mbak-mbak, dari dulu kok kayak gitu terus)
U : Eh, nggak papa. Tempatnya di Jawa Timur. Nanti kamu bisa pinter bahasa Inggris sama bahasa Arab.. (Senyum merayu ^^)
C : (Terlihat berpikir, tak berkata-kata, sambil sedikit memalingkan muka)
U : Iya lho dek, wis didaftarke bapak :D (mana ada? Padahal masih kelas 4 MI/SD.haha)
C : He.. Po iyo mbak? Ra mungkin.. (Keheranan)
U : Eh, beneran dek. Coba tanya sama bapak. Bapak rasa dek Conny itu udah rajin, semangat belajar bahasa Inggris, terus juga udah dapet bahasa Arab. Makanya terus langsung didaftakan. :p Jadi persiapan aja ya tesnya, disiapkan bahasa arabnya.. :)
(Senyum membujuk, menyemangati)
C : He.. Mosok mbak? Kan masih 2 tahun??? (tambah heran)
U : Oh iya dek bisa.. :p Dulu mbak juga pengen di pesantren lho, tapi nggak jadi, jadinya sekarang pas udah kuliah :D
C : Jadi nggak boleh ke SMP 1? Kok mbak ulfa ke SMP 1?
U : SMP 1 juga bagus dek, tapi nanti ilmu agamanya kurang. Kalau di pondok bisa pinter bahasa arab, terus temennya baik-baik.. :)
C : Mana mbak tadi? Gorontalo?
U : Gontor dek.. -__-
C : Hehe, kayak Gorontalo. Kok jauh mbak? Nggak usah jauh-jauh sekolah. Nanti aku nggak pulang, terus nggak bisa main.
U : jangan salah dek, nanti banyak pikniknya juga. Mbak juga ada mainnya sama teman-teman pesantren kok, ke pantai, ke masjid tidur disana sambil gapalin qur'an :D
C : he.. Emang ada tempat tidurnya mbak?
U : Ada lah pokoknya :D
C : Iya, kata mbak ipah kalau di pondok banyak pikniknya, piknik pesantren dewe, piknik sekolah dewe, dewe-dewe mbak..
U : Tuh.. Enak kan? ;)

Kemudian ada bapak di samping dek Conny.

U : Nah, tanya bapak dek, lak wis didaftarke :D
C : Apa iya pak?
B : Apa?
C : Apa aku udah di daftarkan di pondok... Apa mbak tadi?
U : Gontor dek..
C : nah, iya.. Gontor pak?
B : (tanpa kode sebelumnya) iya.. Lha kamu mau nggak?
C : Hee... Mosok mbak? Emoh..
U : :D (Tersenyum bangga) tuh kan beneeer.. Udah, siapin aja tesnya, bahasa arab sama bahasa inggrisnya :D
C : Ah mbuh mbak, apa udah pernah kesana?
U : Udah, mbak dulu kesana.. Bagus lho, gedhe dek. :D
C : tingkat mbak?
U : haha, iyaa..
C : nggak mau mbak, nanti aku nggak mulih-mulih.
U : lho, ya nanti kayak mbak ini. Kadang pulang, ada waktunya lah dek..
C : naik apa? Kereta bisa?
U : -.-a (gontor, kereta?) uhm.. Bisa2.. :p
C : Lha bapak kapan ke jawa timur?
U : rahasia.. Pokoknya udah didaftarin :p
Oh iya, kalau nggak di gontor udah di daftarin juga di SMP, tapi SMP As Salam atau Al Islam. Kalau ini lebih deket, di Solo dek. Banyak lho yang masuk UGM juga, jadi nggak kalah :D
C : emang bisaa???
U : Bisaa.. Mbak dulu juga daftarnya dobel-dobel pas kuliah (yah, kalau ini mah beda fa.. :p)
C : iya po? Mana aja??
U : UGM, UNDIP, UNS, UNAIR, POLTEKES SEMARANG, banyaaak pokoknya (yang ini jujur)
C : iya to mbak?
U : tuh kan dek.. Tanya aja sama mas lutfi..
C : Mas, apa aku didaftarke 3? Gontor, As Salam karo Al Islam?
L : iyo.. :D
(kembali berbangga dengan jawabannya :D)
C : hee.. Kok bisa tho mbak? Kok mas lutfi, mbak ulfa, bapak, kok bisa ngomong sama?
U : Oh ya jelaas.. Ini namanya syuro rahasia dek, rapat rahasiaaa :p
C : opo iyo? Kapan mbak? Mesti pas aku dolan nenge Ila..
U : ya rahasia.. :p

---o0o---

Sebenarnya ini hanya konspirasi usil untuk adek saya yang sebenarnya pula tanpa ada rapat sebelumnya :p
Hanya kebohongan baik yang spontan untuk membujuk adek saya tertarik ke pesantren, meskipun tidak ada unsur pemaksaan..

Readers, sesungguhnya yang saya lakukan ini adalah refleksi dari kehidupan lampau saya yang sempat minus dalam berpayah-payah untuk mengkaji ilmu agama. Dampaknya sekarang sedikit kewalahan mengatur waktu sembari kuliah, organisasi, dan mengaji. Saya tidak mau adek saya kelak kurang bekal kematangan di masa-masa ia harus sudah mantap dengan jati dirinya sebagai seorang muslim yang bermanfaat untuk umat. Setidaknya ia terbiasa dengan lingkungan yang sholih sejak kecil dan tersibghah dengan nafas keislaman dalam kesehariannya.

Di sela perbincangan ini pula, sebelumnya adek saya sempat menanyakan suatu hal yang berawal dari perbincangan saya tentang berdandan (tabarruj) saat pernikahan. Tentang 'mbak nggak mau kalau nanti begini-begini' dan adek saya menimpali 'ya nanti begini-begini lah mbak.. Kayak mbak ini dulu..'
Tiba-tiba adek bertanya..
C : Mbak, kalau nikah di masjid itu bayar nggak?
U : Nikah kok di masjid, di luar..
C : Ya maksudnya ijab (akad) mbak..
U : Ra ngerti dek, durung tahu nikah neng masjid :p :D hehe
C : ya iyaaa.. -__-
---
C : Eh mbak (sambil menghadapkan arah duduknya ke saya) mesti suami mbak ulfa nanti jenggotan.. (dengan polosnya)
U : -___-??? Kok bisa???
C : ya iya.. Biasane gitu og..
U : Kok biasane? Maksudnya? (Ni adek baru kelas 4 SD stereotipenya sejauh ini ya? -.-a)
C : ya ustadz-ustadz itu lho mbak, biasanya jenggotan..
U : Lho, apa iya? Maksudnya biasanya?
C : Lha mbak X punya suami pak Y (guru di MI nya adek) juga jenggotan, mbak Z punya suami pak A juga jenggotan.. Biasanya yang berjilbab suaminya jenggotan..
U : ya Allah dek, kesholihan itu bukan dari jenggotnya, tapi ibadahnya..
C : ya tapi biasanya kalau sholih ibadahnya bagus kan punya jenggot..
U : ckck.. Dek conny dek conny.. Wallahu'alam dek.. :)
Tuh tuh, ada mas lutfi.. coba tebak mas lutfi nanti jenggotan nggak? Dia udah punya jenggot tipis lho :D

---o0o---

saya tidak tahu bagaimana adek ini punya stereotipe seperti ini.
Artinya usia 10 tahun yang berada di hadits yang mengindikasikan seorang anak sudah mampu mandiri, bertanggung jawab atas dirinya sendiri itu termasuk di dalamnya untuk berpikir mengenai analisis kesimpulan yang terekam dalam pikirannya.

Rasa-rasanya akhir-akhir ini pembahasannya mengenai hal itu mulu. Agak terasa berat memproklamirkan realita bahwa saya telah hidup seperlima abad di dunia. Mengingat belum bisa menghasilkan karya-karya elegan yang bisa mengimbangi angka 10 berlipat dua ini.

Setidaknya, bermula dari Konspirasi Usil sampai Stereotipe Anak Kecil ini telah sedikit membuka wacana saya untuk kembali merefleksikan usia yang kian bertambah menjadi bulat 20 tahun 5 hari tepat hari ini.

Terima kasih atas penyegaran nasihat dari teman saya ketika itu,

"Tak akan tergelincir dua kaki anak adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang 4 perkara : usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan & kemana ia belanjakan, & ilmuny untuk apa ia perbuat dengan ilmu itu" (HR.Al Bazzar dan Al Thabrani)

Sebelum akhirnya ia mengucapkan selamat tambah tua. Sebenarnya yang diinginkan oleh hati kecil saya, saya merasa senang dan merindu diselamati tambah tua. Artinya semakin dekat pula pertanda bahwa saya akan segera mendekati hari bertemu dengan-Nya. Seperti halnya orang sholih yang senantiasa merindu untuk menghadap kekasihnya...

Selalu saja proses, minimal ada rasa prihatin di usia yang kian beranjak ini. Terus mengatakan 'sudah' untuk angka usia dan mengatakan 'masih' untuk setiap amal yang sedikit.

Terima kasih pula untuk do'a dari saudaraku ini,
Allahummatawwil umuran fii tha'atika watha'atik rasulik, waj'alna min ibadikashalihih..
Aamiin ya Rabb :')

#RabuOptimis
Dhuha @08:13 a.m
06/02/2013
__Merangkai perjalanan lembab kuyup dari Solo-Jogja, hijaunya trans jogja, hari bertambahnya usia adek bungsu dan dhuha sehat pasca menyapa GSP dengan ayuhan kaki__

Hati-hati dengan Kecewa


Bismillahirrahmaanirrahiim..
InsyaAllah tulisan ini tidak ada tendensi buruk kepada siapapun dan apapun. Hanya sekedar berikhtiar untuk melakukan ‘pencerdasan’ hati, terutama kepada saya sendiri yang masih harus banyak belajar untuk bijak berkaca pada mata hati yang lebih tajam karena rahmat-Nya.

Yang tertulis di sini adalah sebuah uraian singkat dari hasil kajian Jelajah Hati di Pesantren Mahasiswi Darush Sholihat hari Sabtu, 2 Februari 2013 sekitar pukul 16.00-17.45 WIB oleh Ustadz Syatori Abdur Rauf. Masih pada pembahasan pekan yang lalu yakni mengenai “Menjemput Sukses Ukhrawi”. Alhamdulillah cukup panjang pembahasannya, kali ini catatan saya sekitar 3 lembar atau 6 halaman buku bigbos. Hanya saja mungkin belum sekarang untuk saya share-kan semuanya di sini. InsyaAllah uraian lengkapnya bisa menghubungi saya atau datang langsung ke kajiannya, dijamin ketagihan :) InsyaAllah, syaratnya bawa segenggam niat tulus ikhlas lillahi ta’ala.. ^^

Beberapa menit sebelum diakhiri dengan doa Abi (sebutan santri untuk Ustadz Syatori Abdur Rauf) ada beberapa pertanyaan dari Jamaah, dan salah satunya pertanyaan terakhir dari jamaah akhwat yang cukup membuat saya berkaca banyak hal dari Abi atas jawaban beliau, mengenai ketajaman mata hatinya menuntun sikap setelah indra dhohir kita menerima stimulus dari lingkungan.

Kertas pertanyaan pun mulai dibacakan (yang barangkali ada makna tersirat di dalamnya dan mungkin pula sudah banyak jamaah yang memahami arah pertanyaan ini)..

“Bagaimana caranya menghilangkan kekecewaan menjadi sesuatu yang membuat kita sabar dan ingin merubah itu menjadi hal baik? Misal kita sering melihat kemungkaran di sekitar kita sebingga kadang kita mudah kecewa”

Menduduki bangku depan membuat saya dengan jelas melihat bagaimana Abi bersikap bijak dalam menjawab dengan tutur kata yang khas menyadarkan benak saya.

Mungkin redaksinya tidak sepenuhnya persis, akan tetapi jawaban ini coba saya rangkum dengan keterbatasan pemahaman saya yang semoga pembaca dapat menangkap maksud pesan ini dengan kelapangan hati untuk perbaikan diri, saya termasuk di dalamnya.

Kecewa.. Sebenarnya.. segala sesuatu yang kita lakukan itu harus dipantaskan untuk siapa.

Kepada siapa dan apa kita pantas untuk kecewa?

Kalau kita melihat kemungkaran kemudian kita kecewa, apakah sebenarnya itu sudah bisa disebut sebagai kecewa? Kalau memang pantas, tinggal bagaimana membawa kecewa itu supaya tidak mengarah ke perangkap syaitan. (Hal ini berkaitan dengan pembahasan ‘jihadun nafsu’ dimana kita boleh menerima keinginan nafsu, termasuk kecewa, akan tetapi harus menolak semua kemauan syetan yang tersembunyi dibalik nafsu ingin kecewa tersebut. Dari nafsu ingin kecewa barangkali kita bisa masuk perangkap syetan untuk berbuat mungkar jika kita tidak waspada)

Kita pantas untuk kecewa atau kecewa bisa dikatakan sebagai kebutuhan hati jika kita melihat diri kita masih banyak melakukan kemungkaran. Kemudian kita kecewa... itu diperbolehkan, kenapa kita masih saja banyak berbuat kemungkaran???

Namun kecewa juga bisa menjadi keinginan nafsu. Misalnya saja kecewa kepada para ulama kenapa tidak ada yang bertindak, kecewa kepada orang yang mengerti dan memahami akan tetapi berbuat suatu hal yang merusak kehormatan dan kemuliaan islam, dan lain-lain.

Apakah hal yang seperti ini pantas untuk disebut kecewa?

Sebenarnya bukan kecewa yang seharusnya dituruti, yang seharusnya pantas untuk muncul. Akan tetapi yang pantas untuk kita lakukan adalah kasihan.

Jika memahami bahwa orang-orang yang mungkin membuat kita kecewa itu karena dianggap mulia dan terpandang, kembali sandarkanlah kemuliaan itu hanya kepada Allah SWT.
Sungguh... “Seseorang yang mempunyai kemuliaan di mata Allah, maka ia tidak akan sekalipun dapat dihinakan oleh makhluk siapapun.”

Sudah selayaknya kita tetap mengasihi, menyayangi dan lebih diutamakan untuk kita tetap berhusnudzon (berprasangka baik) terhadap orang tersebut, apalagi belum terbukti kebenarannya dan masih tergolong isu.
Sudah semestinya sesama muslim bagaikan satu tubuh, satu sakit maka yang lain ikut sakit. Sebenarnya bencana atau musibah yang menimpa saudara kita adalah bencana atau musibah bagi kita bersama. Yang hilang dari umat islam saat ini adalah hilangnya rasa kasihan terhadap umat islam lain yang berbuat dosa. Tidakkah kita ingat bahwa kita sebagai seorang mukmin bersaudara?
Namun terkadang justru banyak yang saling menghujat atau merasa bangga karena saudara sesama muslim melakukan dosa. (na’udhubillah..)

Rabbi, semoga Engkau menajamkan mata hati kami untuk tidak menuruti perangkap syetan hingga nafsu yang muncul seketika itu menjadikan ukhuwah kami retak karenanya...
Kemudian saya ingat dengan suatu hadits yang tercantum di subtitle bagian ke-28 bab “Mencintai Semua Makhluk” dalam buku Mendulang Hikmah Ada Hikmah dalam Setiap Keadaan dan Waktu oleh Abu Azka Fathin Mazayasyah.

“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri” (HR Bukhari-Muslim)

Jleb.. hadits ini yang membuat saya terenyuh ketika awal ingin membeli buku ini ketika itu. Dan segala uraian hikmah lain di dalamnya tentunya..

Yang jelas sesama manusia termasuk sama-sama makhluk Allah yang hanya dengan kuasa-Nya lah kita digerakkan. Mungkin kalau kita bertafakur kembali tentang Kemahabesaran Allah, Allah lah yang menggerakkan dan menguasai makhluk, termasuk manusia, sehingga semakin kecillah peluang sesama manusia untuk membenci, memusuhi dan mengadili manusia yang lain. Sebab, jika kita masih tetap memusuhi, membenci, dan mengadili manusia atau makhluk yang lain, maka sama halnya kita telah memusuhi, membenci dan mengadili Zat yang telah menguasai makhluk tersebut. Berani kita? Astaghfirullah..

Dalam surat cinta-Nya, Al Qur’an, surat Al Maidah ayat 8 telah menyadarkan pula untuk kita mencoba mempunyai stock maaf yang besar dan luas.

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Masya Allah.. barangkali Allah menunjukkan jawaban atas pertanyaan hati kecil saya lewat kajian sore tadi. Banyak sekali pertanyaan.. yang setidaknya kembali saya tersadar bahwa cukup Allah yang membuat kita mulia, yang kemuliaan dihadapan-Nya tidak akan pernah terkalahkan oleh apapun, tendensi dunia sekalipun dan bahkan penghargaan dari manusia yang tidak akan meningkatkan derajat kita di sisi-Nya.

Kenapa harus menghujat, mencemooh dan kecewa terhadap orang lain? Toh belum tentu amal kita (saya utamanya) yang masih ecek-ecek ini belum tentu lebih banyak yang diterima dari yang dihujat, dicemooh dan dikecewakan..

Allahu Rabbi... semoga kita termasuk orang-orang yang dikehendaki baik oleh Allah, sehingga ilmu-ilmu diin ini merasuk kedalam akhlak kita dan melahirkan perilaku yang semakin mendekatkan dengan-Nya.
Wallahu’alam... Semoga bermanfaat, sekedar tulisan refleksi untuk diri sendiri :)

Done edited.
02/02/2013
23:38 p.m
@Yunus JT 2 DS
_dalam istikharah dan pertimbangan panjang balasan surat musyrifah_

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..