"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

#tentangCinta

membuka lebar diatas meja 2 jilid tesis, 2 jilid skripsi dan menumpukkan 1 jilid skripsi.
mbak-mbak di depan saya,

"tesis atau disertasi mbak?"
"eh, iya?" spontan agak bingung
"tesis atau disertasi mbak?"
":D oh.. ini skripsi, kalau ini tesis.. em, kalau saya ini skripsi :D"
beliau geleng-geleng.

*mbak, life is about struggling, ini namanya ikhtiar :D
mensabotase meja semoga bukan sebuah kedzaliman :D

#cinta ini hanya untuk-Mu
*bening^^

#inspiring

tertarik dengan salah satu skripsi kakak tingkat.
terkadang sebuah karya itu menunjukkan karakter pula.
singkat, padat, jelas, tidak bertele-tele.
51 pages is enough, but excellent.

inspiring :)

Innallaha ma'ana :)

Ulfa, kan kamu bisa buat ide besar tertulis dalam 3-5 hari.
Jadi kamu bisa lebih hebat untuk skripsimu :)

bisa bisa
bismillah..

wisuda agustus !
Allahummanfa'na, Allahummansurlana..
self motivate

Jenjang Selanjutnya

"Mohon do'anya, ammah masih belum tahu untuk setelah ini masih dapat kembali ke DS atau tidak."
/??&%@???
"Insyaa Allah akan menjajaki tingkatan maratibul amal yang selanjutnya..."

Terhitung undangan walimahan di bulan februari ini sekitar 4 orang sampai belum habis bulan, sekitar sampai pertengahan bulan. Itupun yang dikenal dekat, belum lagi yang saya tidak terlalu mengenalnya.

Om sama bulek di rumah sedang lumayan riweuh mempersiapkan walimahan sepupu saya.

Kakak dan temen yang mau nikah (pas banget ada saya) meminta beberapa taujih ke umi, sekaligus memberikan undangan kepada beliau dan kami.
Lagi-lagi, (pastinya) tetesan air mata dari beliau-beliau ini. Yang saya rasa banyak hal yang bercampur.

 Babe sempat mengisyaratkan tentang akad nikah itu nanti yang sederhana saja. (ini sekilas lalu saja, #lupakan)

Belakangan ini jadi tahu entah dari mana beberapa history takdir jodohnya beberapa pasangan. #KanJadiMikir

Beberapa kali tausiyah dari umi jadi sebagian besar mengarah 'kesana', bahkan wejangan untuk calon mempelai disekaliankan untuk kami -.-

Selepas liqo pekan ini, bahasannya itu lagi.

Silaturrahim ke Umi Nunung sore tadi penawarnya, bahasannya (lagi-lagi) tentang pra nikah. #tapiSerius

Masyaa Allah...
hingga klimaksnya muncul, "hentikan pembicaraan tentang itu !"

:D haha, ternyata saat ini saya sedang berkelit dengan 'pengayaan' salah satu materi ini. Setelah itu agaknya sedikit menafikkan diri dengan realita nuansa di usia yang ada. (mungkin kepikiran si *cinta yang belum usai)

sudahlah, lupakan pengantar saya yang panjang.
yang jelas, saya teringat dengan sebuah wejangan dari teman, barusan tadi sore.

"Ujian keimanan seseorang itu setara dengan semakin beralihnya tingkatan amanahnya."

mau jadi mahasiswa, jadi guru, jadi dokter, perawat, jadi tukang sapu, jadi kakak, jadi adek, jadi istri pejabat, jadi istri ustadz, jadi santri, jadi pemandu, jadi komikus, jadi penulis, seniman, politikus, de el el yang banyak tak terhitung nan tersebut satu-satu itu tetep profesi kita bakalan jadi da'i. Dalam kondisi apapun, tentunya amanah utama untuk berdakwah kita harap nggak akan pernah lepas dari ruh-ruh terdalam kita kan.

Berjuang di ranah dakwah manapun semoga bernilai jihad. Dimanapun, dengan cara masing-masing.


Lalu hubungannya sama yang di atas?

ya gw cuma sempet terlintas aja, sepertinya kesiapan buat menempuh status baru itu sebanding dengan jiddiyah kita menjemputnya dengan amalan sholih. Sama halnya dengan amanah, yang kita sendiri pun nggak pernah sadar sebelumnya (biasanya) semenjak kapan diri kita dirasa pantas oleh orang lain hingga tiba-tiba menumpukkannya di bahu yang rapuh dan lemah milik kita.

tapi memang itu cara Allah, cara Allah mengukur dan melimpahkan sayang untuk menjadikan kualitas kita lebih baik ke depannya.

So, mau melangkah sejauh apapun, yang penting jangan sampe gagal fokus bahwa tujuan utama selalu bermuara pada kebaikan dakwah untuk amar ma'ruf nahi munkar. Tentu saja tahapnya harus kita lalui dulu yang dimulai dari mensholihkan diri. Karena mau jadi apapun kita, tetap profesi utama adalah da'i. nahnu du'at qabla kulli syai'.

Saya hanya yakin, setiap apapun yang kita lampaui di depan mata, tak terlepas dari kesiapan dalam setiap perjalanannya. Hingga saatnya kita sendiri pun menjadi tak sadar bahwa ternyata sudah banyak kerikil yang kita singkirkan, banyak pengalaman pahit menjadi bekal, mendapat banyak tabungan pemecahan masalah, dan sampai semua ringan serasa segala hal perlahan tahu konsekuensinya.

Terus saja berlaku baik, bukan untuk sebuah janji, tapi cukup supaya lebih dekat dengan-Nya, Allah lebih ridho atas hidup kita, pilihan-pilihan kita, ikhtiar kita, urusan kita yang memang dirasa banyak, dan berkah hingga akhir hayatnya.
Sampai saatnya, jika takdir terbaik kita masih diamanahkan beramal dengan usia hidup di dunia, Allah mempertemukan dengan yang terus istiqomah bergandengan tangan menjemput kemuliaan di syurga-Nya kelak.

Pesan umi satu, "Jangan terlalu mencintai suami, hingga mengalahkan cinta kepada Allah. Jaga suami dengan terus menjaga kualitas ibadah kita. Sholatnya, dan lain hal.."
Redaksi yang tidak sama persis, mungkin nuansanya belumlah sampai ke ruh saya yang masih bocil.

Tapi semoga Allah terus meringankan kita beramal sholih :)
Aamiin yaa Rabb..

Barakallah untuk mba Yurisa, mba Tari, mba Wiwi, Fatin, semoga Allah menguatkan ikatannya, menegakkan cintanya dan melindungi jalan-jalannya dalam menjemput amalan terbaik setelah amanah agungnya :)
Uhibuki fillah..^^

Terakhir, saya menemukan video ini dan cukup asik untuk ditonton :)



0 : 11 a.m
08022014
picture here

Mbak Nggak Harus Tahu

U : "Ni, mbak semakin ngefans kan sama beliau.. tadi habis dapet cerita dari umi Nunung tuh"
M : (dengan gaya uniknya) "eh, enggak.. sekarang aku ngefansnya sama ammah anis :D"
A : "Plis deh, kayak nggak ada yang di atas aja di dunia ini.. :D"
U : " :D "
M : "hehe.. banyak kok yang aku fans. Ulfa juga, aku juga ngefans sama Ulfa. Jadi apa ya istilahnya ya? ngefans---in? :D" (dengan senyum antusias)
U : "apa mbak? ngefansnin?" #asal

Mbak, plis, meskipun aku tahu kalo ini bercanda, tapi Ulfa rasa mbak nggak harus tahu kalo setiap kata-kata mbak seringnya ngaruh banget buat hidup Ulfa. Refleksi dari akhlak mbak aja Ulfa udah ngerasa jauh banget. Allah sayang banget sama mbak :)

ulfa juga, sayang sama mbak.
dengan segala pengejawantahan laku dan sikap.
semoga tetap terus istiqomah karena Allah saja, sebagai bekal bertemu di syurga-Nya :')


semoga menjadi sunnah hasanah saja, biar pahalanya terus ngalir buat mbak.
Allah, sayangi ia, berkahi hidupnya, istiqomahkan ia, cukupkan ia mesra dengan-Mu saja ya Rabb, sudah cukup bahagia itu menjadi ringan terasa.

#quotes

"Jika belajar adalah ibadah maka prestasi adalah dakwah"

*thanks for reminder :)
_may Allah bless u forever_

do'a malam

Malam ini, ya Rabb..
izinkan hamba mengasah kecintaan.
menebus keacuhan.

dan berlatih mendekat dengan-Mu,
dengan ilmu tentang sekilas bahasa lisan negeri sakura.
kami hanya ingin menumpas kebodohan dalam diri.

Tentang sebuah nilai (lagi)

Jika nilai itu adalah titipan.
Maka sama artinya dengan amanah.
Amanah pun merupakan ujian.

Masih ingat kah dengan kisah mubarok sang penjaga kebun anggur?
yang selama bertahun-tahun bahkan ia tak pernah tahu bagaimana ciri anggur yang manis dan mana yg tidak. Karena ia amanah hanya cukup menjaga kebun saja.

Kalau sebagai siswa/mahasiswa telah terpampang kredibilitas nilai kognitifnya di kertas atau di papan, selayaknya mampu mempertanggungjawabkan amanah ilmu kelak hingga barokah sampai akhir zaman.
Karena ia cukup dengan mempelajari dengan cara-cara yang berkah saja. Sesuai proses yang wajib ia tekuni dgn ruh kesungguhan.
Bukan untuk modal kerja, bukan untuk kebanggaan, atau niatan yang tanpa substansial.

Ilmu itu yang semakin mendekatkan, semakin membuat kita takut, takut akan Rabb Semesta Alam, yang dengan tinta sebanyak lautan bahkan masih ditambah pun tak sanggup melukiskan dengan penuh samudra ilmu-Nya.. :')

#refleksi
#refleksi
#refleksi

Tentang sebuah nilai (lagi)

Jika nilai itu adalah titipan.
Maka sama artinya dengan amanah.
Amanah pun merupakan ujian.

Masih ingat kah dengan kisah mubarok sang penjaga kebun anggur?
yang selama bertahun-tahun bahkan ia tak pernah tahu bagaimana ciri anggur yang manis dan mana yg tidak. Karena ia amanah hanya cukup menjaga kebun saja.

Kalau sebagai siswa/mahasiswa telah terpampang kredibilitas nilai kognitifnya di kertas atau di papan, selayaknya mampu mempertanggungjawabkan amanah ilmu kelak hingga barokah sampai akhir zaman.
Karena ia cukup dengan mempelajari dengan cara-cara yang berkah saja. Sesuai proses yang wajib ia tekuni dgn ruh kesungguhan.
Bukan untuk modal kerja, bukan untuk kebanggaan, atau niatan yang tanpa substansial.

Ilmu itu yang semakin mendekatkan, semakin membuat kita takut, takut akan Rabb Semesta Alam, yang dengan tinta sebanyak lautan bahkan masih ditambah pun tak sanggup melukiskan dengan penuh samudra ilmu-Nya.. :')

#refleksi
#refleksi
#refleksi

Pagi yang Hangat

Pagi ini hangat, sangat hangat.

Sangat terekam ketika itu, beberapa tahun silam.
Saat pagi begitu riuh dengan suara sana-sini. Sebelas dua belas dengan suasana adek-adek putra-putri umi yang kecil.

Bedanya mungkin di konflik dalam kasusnya.

Beberapa tahun yang telah lampau, saat yang satu ngantri kamar mandi dan nggak ada yang mau mengalah. Satunya lagi menyegerakan supaya nggak telat berangkat sekolah. Satu lagi dengan kata klisenya, “sudah berulang kali dikasih tahu, diulang lagi, di ulang lagi..”

Riweuh. Gedebag. Gedebug.

Ah.. ya Rabb.. ya Rabb..

Pagi ini, Allah dengan perantara waktu, alam, dan segala kehidupan yang dengan prosesnya kami lalui, menegaskan bahwa, segala hal ada masanya.

Saat dimana pagi ini begitu hangat, duduk membicarakan beberapa hal dengan babe selepas tilawah di ruang tamu, berbagi tugas dengan ibu, mencanangkan strategi ke depan, dan ternyata kamipun berada dalam lini yang sama. Menguatkan bawa negeri ini butuh renovasi dalam jiwa generasinya. Sebelum sistem terlanjur meremukredamkan cita-cita besar kemajuan. Pendidikan agama, sejak dini yang mengeruh dalam sanubari, kemudian terhujam dalam moral pelaku arah gerak bangsa.

Keluarga ini hangat, sangat hangat.

Saat kemudian terdengar damai lantunan bacaan Al Qur’an Muri Q* yang selalu terputar di sela istirahat di sekolah sebelah, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, yang dulu menjadi samudra ilmu yang sarat makna sewaktu kecil dulu. Terhitung sepuluhan lebih tahun silam.

Hingga aku tak sanggup lagi bertutur, kecuali.. “Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadziibaan..”

Rabbi auzi’nii an asykura ni’matakallatii an’amta ‘alallya wa’alaa wa lidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa ashlihlii fii dzurriyyatii innii tubdu ilaika wa innii minal muslimiin..

“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertaubat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (Al Ahqaf (46) : 15)

Baiti jannati :)
07 : 13 a.m
03022014

* Muri Q adalah sebuah terobosan pembelajaran membaca Al Qur’an dengan irama yang dibuat oleh Ustadz Muhammad Dzikron Al Hafidz (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Ibdaurrahman Surakarta). Irama Al Qur’an ini yang kemudian sering di putar di sekolah adek saya, mantan sekolah saya dulu dan akhirnya cukup membuat para siswa-siswi MI ternuansa dengan tartil Al Qur’an di sela istirahatnya. Bahkan ketika di waktu luang pun, sesekali terdengar spontanitas melafadzkan sesuai dengan iramanya. Subhanallah.. semoga menjadi amal bagi beliau yang menggagas :)

Just information,
Dulu ketika zaman saya bersekolah di sini belum ada, bahkan saat sekolah di MI dulu gedungnya memprihatinkan. Pernah sesekali orang tua teman saya melarang putrinya untuk TPA sore hari yang saat itu hujan deras. Alasannya.. "takut bangunannya roboh" masyaa Allah..

Alhamdulillah sekarang sudah dirombak total semenjak beberapa tahun yang lalu. Tetap dengan kesederhanaannya, tidak lebih dari bangunan sekolah kota di kabupaten, atau bahkan di tingkat desa. Tidak lebih bagus, karena sekolah ini memang terletak di sebuah Dukuh. Dukuh Tanjung, Desa Bakalan, yang tidak banyak orang yang mengenalnya. Bahkan, saya pun termasuk orang yang bisa disebut orang desa di saat berada di ranah kabupaten.


  

     Belakangan, saya menyadari, sangat bersyukur dan bahkan tidak ada rasa kecil hati sedikitpun, ketika harus mengatakan saya dulu bersekolah di MI Muhammadiyyah Tanjung, yang bukan sekolah taraf anak kota, yang saat itu siswa di kelas saya awalanya 13 orang dan yang bertahan sampai kelas 6 hanya 11 orang. Perhatikan, 11 orang kawan, karena 1 orang berpindah ke daerah lain dan 1 lagi tidak naik kelas di tengah perjalanan pendidikan ketika itu. 

Saya ingat, Bapak selalu mengatakan kepada masyarakat ketika memberikan sambutan entah di pengajian akbar atau di forum lainnya, untuk tetap menyekolahkan putra-putrinya di MI saat itu. Bapak benar-benar menegaskan bahwa pendidikan agama itu mutlak pentingnya bagi anak semenjak kecil. Biasanya diperkuat dengan beberapa prestasi beberapa muridnya ketika itu yang tak kalah dengan SD Negeri.

Sekali lagi, sekarang saya benar-benar menyadari. Bahwa, iya. Benar-benar bekal yang saya miliki saat bersekolah di MI lah yang justru mengantarkan saya hingga sekarang (masih baru seperti ini memang). Ilmu-ilmu yang mengajarkan tentang Baca Tulis Al Qur'an, yang saat kelas 4 dulu saya pernah dapat nilai 4, camkan, nilai 4 kawan. Karena benar-benar kesulitan menghafal belasan hukum mad, macam hurufnya, panjang bacaannya, entah mad wajib mutsaqal kalimi, mad iwad, mad harfi, mad silah thawilah, silah khasirah, dan lain sebagainya itu. Tapi justru itu, justru itu yang ternyata ketika keluar dari MI membekas di hati saya karena setidaknya telah mencicipi manisnya belajar ilmu agama. Rasa-rasanya pun selalu rindu untuk terus tahu lebih banyak di sela keterbatasan pelajaran agama ketika di SMP dan SMA Negeri. Belum lagi pelajaran fiqh, sejarah kebudayaan islam, al qur'an hadits, bahasa arab, dan lainnya lagi yang masih membekas hingga sekarang. Alhamdulillah positifnya terbawa pada semangat saya di pelajaran dan ulangan agama sewaktu SMP dan SMA (meskipun SMA sedikit tereduksi karena tidak terdukung dengan situasi pembelajaran yang kurang kondusif *seringKosong.red).

Ah, saat itu.. yang saya hanya terus bisa merindu, dan mengejar ketertinggalan selama sekian tahun dengan mereka yang terus menggeluti ilmu manis ini. Yang saya hanya mampu untuk memotivasi adek saya dan kelak mempersiapkan anak saya untuk bekal yang lebih baik dari saya. jauh lebih baik, jauh lebih sholih dan sholihah, jauh lebih dicintai Allah, jauh lebih bermanfaat dengan ilmunya, jauh lebih arif, lebih berakhlak mulia, lebih segalanya yang lebih membuat keridhoaan Allah melekat pada setiap tingkah laku kita.

   
    Tadi malam saya sempat memperlihatkan video profil Insan Cendekia Serpong ke adek saya yang kelas 5 SD. Alhamdulillah a little interest sudah tergambar. Semoga Allah ridho dengan yang kita ikhtiarkan untuk mencetak generasi sholih-sholihah di masa depan.. :) 

Betapa antusiasnya saya ketika tadi malam saya mendengarkan langsung, live dari tutur kata adek saya, melafadzkan hadits tentang taqwa dan diingatkan tentang hadits menyantuni anak yatim. Benar-benar seolah sedang mendengarkan ustadzah menyerukan hadits dan artinya dengan semangat membara. 

Ya Rabb.. kuatkan kami untuk senantiasa mencintai-Mu.. lebih dari semesta apapun ilusi di dunia ini... :')

MI Muhammadiyah Tanjung
it's mean, how close that school from my home :)

IP, IPK, Prestasi

Menurut saya IP itu akumulasi nilai #yaEmang

Tapi akumulasi berapa nilai investasi Al-Qur'an dan perjuangan untuk agama Allah untuk semester yang bersangkutan.

Sedangkan IPK itu akumulasi IP #tentu

Tentu saja akumulasi amal dakwah dan waktu spesial kita untuk mengaji dan mengkaji kalamullah selama bilangan semeser terlampaui.

dan prestasi itu bonus semata di sela prosesnya :)
Substansinya adalah, beramal yang Allah ridhoi saja. Yang membuat Ia semakin sayang dengan kita ^^

14 : 53 p.m
02022014

years pass away

Bismillah..

I'm was 21th years old right now.
Maybe the past reflection of my life can indicate how productive my time last year, two years ago or many years accumulation.

residual time, limited occasion.
struggling ! :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..