"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Refleksi Hidup dari Si Abang Siomay

Gerobak seberang perlahan mulai surut secara kuantitas. Sudah mulai di ajak mengais rizki oleh tuannya. Si abang ternyata siaga selepas dhuhur. Kisaran lepas pukul dua belas siang, sudah rapih dengan pakaiannya untuk berkeliling luasan sinduadi, entah pogung lor, pogung baru, slokan mataram, atau yang lainnya. Tapi usik siapannya sedari pagi, terlihat samar dari balkon. Geraknya khusyu, sesekali berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Sedangkan saya mencari posisi terstrategis untuk tetap menikmati slide materi tanpa gelisah terlihat insan lain dengan tidak menenangkan -hehe-.

Inilah hidup, segala hal memang penuh titian ikhtiar. Sekecil apapun. Dan pasti si abang tadi harus berjuang dengan banyak cabang, mentalitas, laba-rugi tiap harinya, belum lagi panas dan hujan. Pernah terbayangkan? Jika saja ia tersanding takdirnya dengan se usianya yang sekarang menikmati bangku kantor kemegahan. Gaji besar. Hidup mewah. Begelimang harta. Atau minimal wirausahawan muda. Sedangkan saat itu menguatkan diri untuk mengenalkan diri sebagai pedagang siomay kaki lima? Mungkin kita baru terkadang menyadari kemuliaannya. 'Yang penting halal', begitu mungkin ketika mengungkap niatannya. Atau 'daripada ngamen di jalan'.. Masyaa Allah, pasti ia terpatri untuk menjaga izzah diri dan keluarganya.

Kamu siapa kawan?
Mahasiswa?
Berapa minta duit dalam sebulan?
Habis untuk apa?
Ada beasiswa?
Apa?
Parent foundation?

Berapa tetangga kos atau kontrakan yang telah kena dampak ilmu melangit yang kamu pelajari siang dan malam itu?
Atau jangan-jangan waktu luang saja dicukupkan untuk mengkhatamkan taman rekreasi, kuliner, atau menjamah tempat bermanjakan diri?

tertunduk merenunglah..

Ah, saya pun sama saja baru di ranah kampus, atau mungkin hidup pun masih dalam homogenitas yang terlalu sering. Terlalu nyaman. Telah banyak kaca bertebaran, tapi manusia jarang mau memakainya sembari lama menyapa siapa yang tergambar. Kaca kehidupan, yang dalam realitanya terlukis saksi hidup kerasnya hidup dan kehidupan. Tapi nampaknya baru sedikit yang terus tergerak, bahwa mentalitas juang harus terasah. Bak jemari yang kebal 'mengapal' karena terus tergores dengan senar gitar. Hingga masih ada saja yang tergelepak sendu dengan kemalasan.

Semoga jiwa-jiwa kita terkuatkan oleh-Nya. Berjihad besar dengan diri untuk melompat ke urusan umat dan kembali ke masyarakat dengan sejuta manfaat.

Kemudian mendongkrak kemajuan sampai sejahteralah bahtera rukun tetangga sekitar kita. Minimal. Sampai kelak untuk negeri kita tercinta.

12 : 58 p.m
Teduh balkon bersanding kamboja
-emergency learning-

Ruhiyah Online

Terkadang saya pun terbersit satu dua hal sebelum memutuskan untuk online.
Takut-takut jika ruhiyah belum siap menghadapi gejolak dunia maya.
-berlebihan, tapi seringnya sinkron dengan yang terejawantahkan dengan laku berselancar-

semoga proses kita untuk haritsun 'ala waktihi terus terotomatisasi dalam akhlak :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..