"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Karena Iseng, Kena Efek Melankolis

"Amah.. siapa yang mau cabut gigi..? gratis nih.. lagi ada coas.." seru teman di depan kamar...
"Kenapa Sulas? ;)" #ngetes
"Ulfa mau cabut gigi? gratis, lagi ada coas :)"
"Kalau masalah cabut gigi gampanglah nanti, yang susah itu nyabut namamu di hatiku ;)"
"?@$%^&()!..... amah ulfaaa..."
_kembali masuk kamar dan tak tahu apa yang terjadi_

malam itu, saya kembali ditemani si Ochi di meja selasar JT (Jabal Tsur) untuk mengerjakan garapan yang belum terselesaikan, tiba-tiba si 'korban' yang kena tadi melayangkan sepucuk kertas binder yang dilipat dan telah tergores beberapa paragraf didalamnya..

"ini buat amah ulfa.."
"??? apa ini?"

Setelah membacanya tersenyum, meski sebenarnya tidak sepenuhnya faham maksud yang tersirat. hehe

Belakangan saya berpikir bahwa hidup saya sepertinya selalu dilingkupi orang-orang melankolis :D
Pertanyaan berbaliknya, "Kamu fa yang mulai.." :p
eh, tapi enggak.. karena mereka levelnya lebih tinggi :) kalah saya mah..

Manusia itu unik, Allah mendekatkan saya dengan banyak karakter orang, banyak belajar, banyak bercermin. Bahkan terkadang saya berpikir kalau saya begitu curang. Terus mencuri kebaikan orang lain tanpa mengetahui secara pasti sedekah amal dan akhlak apa yang bisa ditiru. Hal ini pula yang sering kali membuat saya berkaca, lalu meneteslah air mata.

Manusia itu aneh, sering kali orang bilang, "kamu tuh melankolis banget..."
"so, why....?"
Sebenarnya pernyataan itu juga terkadang saya lontarkan kepada orang lain. Tapi saya melontarkannya dengan kesadaran penuh. Dengan sadar untuk mengakui bahwa setiap diri seseorang pasti ada sisi kelembutan. Yang setiap waktu, spontan bisa saja merasa hanyut dalam suasana. #bukanGalau
Hanya saja sisi-sisi melankolisnya ada yang menonjol dan ada yang terpendam. Keduanya sama saja, tak usah dipermasalahkan, ini hanya masalah karakter dan cara kita mendewasakan sikap bagaimana  harus menghadapi perbedaan setiap individu.

Kalau belajar dari orang melankolis dominan, kecenderungannya akan sangat banyak hal yang membuat ia tersenyum. Karena selalu hati yang terbawa untuk menghadapi setiap peristiwa. Percayalah, mereka adalah orang yang justru paling sering bahagia. Karena pada umumnya orang melankolis itu romantis, sisi keromantisannya itulah yang sering menjadikan orang lain terenyuh dalam keharuan. Saya salah satu orang yang sering terkena dampak orang-orang melankolis di dekat saya. hehe
Cukup mendengarkan, cukup banyak memberi senyuman atas ceritanya, mentransfer kebahagiaan di setiap ekspresi kisah, ujungnya kita sendiri yang akan banyak belajar, asalkan ikhlas dan lapang menyikapinya. Di balik di sisi kebagaiaan yang kita rasakan karenanya, saya percaya, justru mereka yang lebih bahagia :)

Karena mempunyai sejuta cara untuk menyentuh hati orang itu jauh lebih dalam bahagianya daripada tersentuh hatinya oleh orang lain :)

Jazakumullah khairan katsir untuk semua orang yang dengan ikhlas menjadi cermin bagi saya :)

_senja begerimis yang merindu rumah sederhana_
#nggak jadi pulang :'(
Meja Jihad Al Baqarah
Jum'at mubarak, 29 Maret 2013
17 : 29 p.m

Masih Terlena Menikmati Tidur?

from here


Kalkulasi waktu yang sederhana ini cukuplah membuat saya merenung. Jika kita sering mendengar kata, “Kewajiban kita itu lebih banyak dari pada waktu yang tersedia”, kali ini mencoba melakukan kalkulasi waktu sederhana. Membuat geleng-geleng dan menghela nafas :)

Saat dengan lantang seseorang menegaskan idealnya seorang muslim dengan beberapa syarat ideal, coba kita hitung jika syarat ideal itu kita masukkan ke dalam list mutabaah yaumiyah/targetan harian kita :

_ini untuk kondisi aktivitas saya_

Waktu 1 hari = 24 jam
Kuliah (rata-rata dari jam 08.00-15.00)                    = 7 jam
Jam DS (dari jam 18.00-21.00 + 04.00-06.00)        =  5 jam
Belajar materi kuliah *                                              = 2 jam
Membaca buku diluar materi kuliah *                        = 2 jam
Menulis                *                                                   = 1 jam
Tilawah (idealnya minim 1 juz/hr) *                            = 1 jam
Sholat (30 menit x 5) *                                              = 2,5 jam
Kebutuhan pribadi (mandi, makan, dll)  *                   = 0,5 jam

Note : * idealnya minimal
TOTAL = 21 jam
SISA = 3 jam

Ini belum dimasukkan agenda rapat, syuro, ada acara makan bareng, servis motor, servis laptop, tambal ban yang bocor di jalan, dengerin temen curhat, ada jadwal pengganti kuliah, ngerjain tugas kuliah lain, ngerjain skripsi, kumpul kelompok PKM, hadir di undangan walimahan, beli sayuran di warung, datang di majelis ilmu luar asrama, perjalanan johja-solo, nyuci baju, piket asrama, de el el.. eh, semua bisa saja, dan sangat mungkin terjadi.

Sedangkan, IDEAL nya, segala urusan yang terlist di atas terpenuhi dulu, itu kebutuhan pribadi sebelum bergerak untuk mengurusi hal yang lebih besar di luar diri kita.

Wallahu’alam, manusia setidaknya merencanakan, tapi segala yang ideal itu milik Allah. Focus point yang ditekankan disini adalah, yang terpenting kita mencatatkan dalam benak kita ikhtiar ideal yang kita mampu untuk dapat disebut hamba ideal dalam list kecintaan-Nya. Supaya nanti kita dimudahkan dan dilancarkan segala urusannya di dunia untuk bekal akhirat.

Ada SMS masuk dari si sholihah saat saya lagi nyuci tengah malam di lantai 3 DS ketika itu :)

Semangat ulfa!..Dahulukan memperbaiki urusan dg Nya..I.Allah..urusan lain..otomatis,,meski kadang....tanpa logika..Mencintaimu-

Rasanya dalam ruh-ruh seperti ini memang tak terbersit untuk terlena menikmati tidur, mencabut lelah di pelupuk mata, dan ingin terus bergerak banyak membereskan segala urusan kanan kiri dan diri sendiri dengan segera.

Tapi malam Ahad, 23 Maret 2013 ketika itu saya gagal (kembali) untuk tidak tidur. #aksi sok-sokan :D
Tertidur jam setengah empatan (sepertinya) sampai subuh. Tapi bahagia rasanyaa :))

Ya, menjadikan bahagia yang sederhana, ketika bisa banyak berpeluh di malam hari (biidznillah) saat -mungkin- yang lain terlenakan.

Herannya, di asrama ini selalu ada saja kehidupan di setiap waktunya. Mau bangun jam berapa? InsyaAllah ada orang yang terjaga. Bersyukur, karena menjadikan kita tidak ada setitik kebanggan satupun, karena masing-masing sekeliling yang ada senantiasa mengabdikan diri dalam berfastabiqul khairat..

Quotes penguat lain yang terus melatih keimanan saat ini adalah :

“Barangsiapa yang disibukkan Al-Qur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”(HR.Tirmidzi)

23 : 36 p.m
Selasa, 25032013
_al haqqu mirrabbik_ :)

Parfum Melati


Bau parfum saat ada lelayu, bau saat di rumah duka orang meninggal. seperti melati.. hm.. rasanya lebih mengharukan dari yang sudah pernah terhirup.

Seperti ini aja terus ya, jadinya saya lebih ingat mati :)

Di sela adzan dan iqomat sholat isya kali ini disapa bau melati di samping saya. Si sholihah ini nampaknya parfumnya baru. Cukup saya nikmati saja, untuk memancing visualisasi ajal saat tilawah saat menanti iqomat..
Wah, sepertinya saya belinya harus parfum yang kayak gini nih.. jadi saat apa-apa yang saya lakukan nuansanya bisa teringat mati, sehingga terpiculah untuk terus memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian...

#Kode untuk mendirikan sholat

“Hayya ‘alasshalah..”

Di sela iqomat sedikit berbisik dengan si sholihah, “Al, parfum buat orang meninggal itu apa namanya ya?” (yang ada di pikiran saya suatu nama yang aneh, saya lupa, tapi setelah ingat sekarang di benak saya yang terbayang adalah minyak “nyong-nyong”. -__-???)
“Melati...”
“Oh iya ya, tapi ada namanya yang lain.. apa ya?”
“-__-???”
“parfumu baru ya?”

“enggak, yang di rumah, nggak kepake..”
“kayaknya aku harus beli, biar terus inget mati :)”
“:)”

--merapatkan shaf--

cukup menjadi bahan perenungan ba’da sholat.. Selepas salam, di sela dzikir, saya teringat tumpukan garapan yang belum terselesaikan akhir-akhir ini, atau semenjak beberapa bulan yang lalu. Sisa-sisa itu yang tak ingin tertinggal menggelantungi berselancarnya ruh ke istana hakiki.

Allah, kuatkan kami :’)

22 : 20 p.m
Senin, 25031013
_selepas berkhidmat untuk bertempur dengan targetan_

Dzikrul Maut


Beberapa waktu yang lalu sempat saya berpikir, “Ini kenapa pikiran saya hanya sekelumit urusan lembaga, urusan pendek-pendek, singka-singkat, hal duniawi dan segala hal yang pencapaiannya cukup stagnan achievement dunia semata?” Ya memang InsyaAllah niatan dari awalnya bukan hanya semata-mata hal yang sepragmatis itu. Tapi rasanya otak saya cukup dipadatkan dengan sekelumit hal ini. Raga ini sudah mulai terpanting untuk mengurusi segala benang-benang yang menjerat untuk diluruskan kembali tentang hal ini. Alarm hati sudah mulai mengindikasikan kekeringan...

Allah... kapan saya ingat mati? Kapan saya memikirkan bekal yang lebih banyak lagi?

Bukankah kematian itu dekat? Bukankah saya harus waspada setiap saat?
Bukankah hati saya harus selalu dalam basahnya dzikrullah? Bukankah nafas kita selamanya tak boleh terlepas dari ingatan pada Sang Pemilik Nyawa?

Belum tentu saya bisa hidup sampai titik dimana segala blueprint yang tersusun telah tercapai.
Belum tentu keinginan saya dan segala hal yang menjadi cita-cita sekarang untuk masa depan mampu mendahului ajal. Walaupun saya sangat mendambakan seorang anak yang sholih dan sholihah, yang menjadi tabungan binaan untuk negeri ini, yang menjadi aset dan investasi jariyah kelak. Namun siapa tahu? Siapa yang tahu apakah sampai melahirkan mujahid-mujahidah saya diberi jatah hidup? Siapa yang tahu? Allah... Allah yang tahu, dan hanya Allah...

Sedangkan, setiap waktu yang tercurah sekarang, nafas yang setiap nol koma sekian detik terhembus ini belumlah selamanya terekam ketenangan dalam dzikrullah. Masih harus terpantik untuk dzikrul maut. Hafalan masih ecek-ecek, murojaah terputus-putus, amalan masih banyak yang luput, hati masih harus banyak diistighfarin, taubat masih kalau inget, tilawah masih kejar-kejaran target, dan lain lainnya yang diri sendiri harus banyak memohon untuk lebih dikuatkan kembali.

Yang saya tahu, seorang hamba yang mencinta adalah yang setiap pikiran, jiwa dan hatinya terselimuti dalam ketenangan bersama-Nya, setiap saat, setiap peristiwa dan dalam kondisi apapun.
Hanya merenungi suatu peristiwa yang pernah saya alami ketika itu, yang barangkali cukup menjadi perenungan bagi saya, bagi siapapun yang ada...

Inikah yang dimaksud belum siap iman? Yang dimaksud belum siap mati? Kalau ketika itu saya sempat hampir tenggelam di kolam renang kedalaman sekitar 2,5 meter, lalu merasakan begitu sulit untuk mengingat Allah, membatin dalam hati kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih? Suliit.. atau bahkan sulit terbayang. Yang dirasa sepertinya telah cukup berteriak tolong dan melambaikan tangan dengan sekuat tenga, namun ternyata tak cukup didengar oleh orang sekitar. Dengan begitu sayangnya Allah kepada saya, entah bagaimana saya bisa dengan sendirinya terselamatkan lalu mengabarkan ke saudara yang ada saat itu bahwa saya sempat hampir sungguh-sungguh tenggelam.

Betapa nafas ini tak layak untuk terhembus tanpa ingatan penuh pada-Mu ya Rabb.. Kuatkan kami, istiqomahkan kami dalam mencintai-Mu sampai husnul khatimah...

Karena kami tak tahu menahu kapan jatah waktu malaikat izrail Engkau jadwalkan menemui wajah kami... T.T

_Refleksi amalan dan kesiapan diri untuk ruh dan jasad atas berita meninggalnya mahasiswi UGM yang se usia, teringat atas meninggalnya mahasiswi UNDIP saat acara FULDFK, cerita kawan atas meninggalnya teman satu kos di kamar depannya, dan segala hal yang terbayang saat ini_

Bergetar, bermuhasabah, berharap istiqamah hingga ujung husnul khatimah :’)

_Dzikrul maut pra ujian blok, berpeluh untuk akhirat, terpompa nadi-nadi juang amalan_

21 : 54 p.m
Kamis, 21032013
JT2, Rumah Cahaya pasca Kelas Tahsin

Refleksi Jalan Juang


Dulu masa kita banyak ya, sepertinya kanan kiri semuanya ada di rumah kita :)

Bulan berlalu.. tahun berlalu.. satu tahun.. dua tahun.. dan sekarang tahun ke tiga...

Ternyata bisa dihitung jari siapa saja yang masih tetap tinggal di rumah ini. Akankah yang sedikit ini bisa bertahan sampai akhir? Akhir kapan? Tentu saja semua orang yang sadar akan janji di jalan ini berharap untuk bertahan istiqomah sampai husnul khatimah.

Di sini ketemunya dia, di sana ketemunya dia, di situ mereka, di sono mereka lagi. Semoga diteguhkan, kawan :)

Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu berhimpun dalam naungan cinta-Mu.. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan... menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, tegakkanlah cintanya... lindungilah jalan-jalannya... terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pernah padam, ya Rabbi bimbinglah kami... ya Rabbi bimbinglah kami...

13 : 13 p.m
Rabu, 21032013
_refleksi jalan juang_

Upgradding Al Qur'an


MATERI KHATAMAN QUR’AN DS
Ustadz. Syatori Abdurrauf

Masih ingat dengan hadits ini ?

“Barangsiapa yang disibukkan Al-Qur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”(HR.Tirmidzi)1

Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an sedemikian sibuknya sampai-sampai tidak sempat, sampai-sampai lupa meminta berdo’a kepada Allah, kata Allah tidak ada masalah. Karena Allah akan memberikan seutama-utama yang didapat oleh orang-orang yang meminta. Disibukkan disini adalah membaca, mempelajari, mentadzaburi.

Hikmah untuk Tubuh ketika Membaca Al Qur’an

Coba kita temukan ayat-ayat kauniyah dalam membaca Al Qur’an.
Apakah faktor utama yang membuat orang sehat?
“Jiwa...” salah satu santri menjawab
Jiwa?
Bagaimana jika jiwanya sehat, akan tetapi nafasnya sesak. Sehat kah?
Tidak tentunya. Nafas itu penting. Dengan bernafas secara sehat maka sirkulasi darah di dalam tubuh akan lancar dan tubuhpun akan merasa segar. Nafas yang benar adalah ketika kita menarik nafas panjang dan dalam dengan optimal, kemudian kita keluarkan perlahan lewat mulut.

1.      Tubuh Menjadi Sehat
Ketika membaca Al Qur’an sesungguhnya kita telah menerapkan bernafas yang baik dan benar. Ketika kita menemui ayat yang panjang, kita akan menarik nafas panjang di awal sebelum memulai membaca ayat tersebut. Secara otomatis tubuh kita akan lebih segar karena sirkulasi darah kita lebih lancar. Bayangkan ketika kita rutin membaca Al Qur’an, kondisi tubuh kita InsyaAllah akan lebih sehat.

2.      Memberi Ketenangan Jiwa
Ketika kita membaca kalamullah, surat cinta dari Allah, meskipun kita nggak faham, kita akan merasakan tenang. Ketika kita merasakan ketenangan, maka tubuh akan bekerja dengan normal.
Sebagai ilustrasi, seandainya kita sedang makan, akan keluar enzim amilase. Enzim itu keluar ketika kita dalam keadaan tenang. Kalau kita sedang dalam keadaan tidak tenang, bisa saja enzim amilase tidak keluar dan akan memperberat kinerja sistem pencernaan yang lain.

Sehat Karena Ibadah

Ada suatu kisah yang dialami oleh Ustad Syatori yang mungkin ini masih prematur untuk disimpulkan (menurut beliau), akan tetapi ini bisa jadi bahan perenungan untuk kita semua.
Ketika Ustadz Syatori pulang dari umroh, sempat mengantar Umi Masbihah (istri beliau) ke UIN untuk bertemu dengan Mbak Hasni (mantan santri DS). Saat itu beliau sambil berlari karena suatu hal, akan tetapi atas kehendak Allah terasa tidak lelah ketika itu. Satu bulan kemudian beliau kembali mengantar Umi ke UIN untuk keperluan yang sama, akan tetapi kali ini dengan berjalan kaki biasa. Ternyata sudah cukup merasakan lelah saat itu. Barangkali yang menyebabkan hal ini terjadi karena ketika di tanah suci lebih banyak meminum air zam-zam dan kegiatan di sana banyak di fokuskan untuk ibadah. Akan tetapi ibadah kan tidak harus di tanah suci Makkah, di sini pun kita bisa melakukannya.
Salah satu yang membuat badan kita sehat adalah ibadah kita kepada Allah SWT.

Allah tidak Menyia-nyiakan Ahli Al Qur’an

Allah begitu mudah untuk menyapa ahli Qur’an. Karena Allah akan semakin dekat dengan ahli Qur’an. Kalau ahli Qur’an InsyaAllah segala urusannya dimudahkan.

Ada suatu kisah dari Ustadz Syatori yang diceritakan kepada santrinya saat majelis ini :
“Dulu ada kawan Abi yang kuliah sambil ngafalin qur’an. Tentu saja saat itu sangat sibuk dengan Al Qur’an. Bahkan ketika ujian pun beliau tidak bisa off dengan qur’an dan menjadikan persiapan ujiannya kurang optimal. Akan tetapi dalam ujian dimudahkan oleh Allah SWT. Lulus dengan IPK 3, sekian dan sekarang sudah jadi dosen, bahkan wakil rektor... Banyak cara beliau mendapat kemudahan itu. Salah satunya apa yang ia baca, itu yang keluar. Kalaupun ia tidak sempat baca, beliau tiba-tiba terbayang kembali bagaimana dosen menjelaskan, sehingga beliau bisa menjawab dengan  baik.”

Itulah Al Qur’an bagaimana Allah akan memberikan kemudahan. Beruntunglah orang-orang yang telah menjadikan Al Qur’an adalah segala-galanya dalam hidup ini. Siapapun  orang yang telah mengkhidmatkan dirinya dengan Al Qur’an maka Allah tidak akan mensia-siakannya. Termasuk orang yang mensyiarkan Al Qur’an.

Dalam kisah yang lain, Ustadz Syatori menceritakan kepada santrinya :
“Ada seorang yang sudah tua, yang sudah tidak mampu lagi dengan mudah membaca Al Qur’an, akan tetapi ia telah memilih hidupnya untuk Al Qur’an. Ketika ada majelis qur’an, ada tasmi’ qur’an beliau hadir meskipun lisannya tidak mampu mengikuti. Ia menyekolahkan anak yang tidak mampu di tahfidz qur’an.”

Orang yang seperti ini juga tidak akan disia-siakan oleh Allah karena hidupnya untuk syiar Al Qur’an.

Allah akan memberi kemudahan untuk menghafal Al Qur’an, bahkan usia 5 tahun pun sudah ada yang hafal Al Qur’an.

Kita di sini sama-sama berjuang agar kita bisa sepenuh hati bersama dengan Al Qur’an. Kita selalu mengharapkan ketika bangun tidur ingatnya Al Qur’an, ada waktu luang yang kita ingat adalah Al Qur’an, bukan hal lain yang tidak bermanfaat.

Allahumma antaj’alal Qur’anal’adziima, rabii’a quluubina, wajalaa a ahzaaniina, wa nuura suduurina, wa dhahaaba ghumuumina wa humuumina, wa ja’alnaa min ahlil qur’an alladzinahum ahluka wa khaasshatuka yaa arhamarrahimiin

Ya Allah jadikanlah Al Qur’an sebagai penyubur hati kami, cahaya dada kami, dan penghilang gundah dan gulana kami, dan jadikanlah kami ahli qur’an yang mana termasuk keluargamu dan orang-orang yang mencintai-Mu...

اَللَّهُمَّ اجْعَلِ القُرْآنَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا وَنُوْرَ صُدُوْرِنَا  وَجَلَاءَ أَحْزَانِنَا وَذَهَابَ هُمُوْمِنَا

Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya bagi dada kami, dan pelipur kesedihan kami, serta pelenyap bagi kegelisahan kami.2


Ya Allah rahmatilah kami dengan al Qur’an. Jadikan ia imam kami, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi kami. Ya Allah ingatkanlah kami apa yang kami lupa dan ajarkan bagi kami apa yang kami jahil. Karuniakanlah kepada kami untuk dapat membacanya sepanjang malamnya dan sepanjang siangnya. Jadikanlah ia perisai kami. Wahai Tuhan sekalian alam.3

Resume Kajian Khataman Al Qur’an yang dilaksanakan satu kali dalam setiap bulan, disempurnakan dengan beberapa sumber yang mendukung.

from here



Semoga bermanfaat :)

Itu dulu, Ini sekarang...

Dulu... ketika SMA saya selalu mengerjakan tugas dengan hati. Rasanya puas, tenang, dan mengerjakannya pun ringan. Meskipun orang bilang tugas kami banyak, tapi saya rasa segala hal itu terlampaui saja dengan lancarnya, paling hanya sedikit berkelok saja..


Sekarang... Mana dulu yang harus dikerjakan? Kata orang dulu, “Bersyukur dek, sekarang di aksel tugasnya banyak, nanti kalau sudah kuliah terbiasa”. Iya kah? Saya rasa itu sebatas hiburan zaman dulu saja, supaya saya semangat mengais kesungguhan yang dipetik buahnya kelak di akhir nantinya. Saya rasa ini jalannya lebih terjal, berliku, berbatu dan naik turun dibawah panas terik (mungkin akan seperti ini, meskipun kalau untuk sekarang terlalu berlebihan).

Dulu... ketika penghujung SMA, saya bisa kok, belajar dalam keterbatasan. Karena niatnya bulat, meskipun kehujanan di malam hari, besok dobel-dobel ulangan. Tapi rasanya kamar yang sekarang saya tinggalkan itu menjadi saksi bisu, bagaimana Allah memudahkan fokus belajar saya dulu, bagaimana indahnya kesungguhan dulu...

Sekarang... pendukungnya banyak, motivatornya banyak. Tapi rasanya... Uhm, mungkin ini proses kali ya, insyaAllah bisa juga nantinya :’)

Dulu... atau karena saya masih belum banyak bertambah dosanya? Atau, masih belum terkontaminasi hal yang macam-macam? Maksudnya? Entahlah, tak tahu juga saya..

Atau sekarang... yang sudah berbeda niatannya? Atau... masih belum banyak bekal ruhiyah?

Yang jelas,  setiap masa akan ada ujiannya masing-masing. Ini sekarang dan itu dulu... Mungkin karena kerjaan saya dulu cukup belajar, main, les, ngaji, organisasi di rumah, dan hal-hal simple lainnya (haa, geli mengingatnya, ngapain aja dulu?). Telah berlaku hukum alam, bahwa setiap sosok manusia yang belum terbiasa menikmati pahit getirnya hidup, kelak suatu saat akan banyak pilihan dalam menghadapi pahitnya kehidupan, antara memilih untuk kalut, panik, dan lainnya. Sedangkan orang yang memilih untuk merasakan pahit getirnya kehidupan, ialah yang akan menggenggam kehidupan kelak suatu saat, ia yang berhak menikmati manisnya kehidupan di ujungnya kelak. Itulah hadiah bagi orang-orang yang mau melewati masa-masa pahit dalam hidupnya dengan ikhlas, lapang, senyum dengan penuh kesungguhan dan rasa syukur tiada tara.

Baiklah, ini hanya sebuah proses yang saya sadari. Bahwa saya sedang memilih keputusan untuk menjalani hidup. Menjalani dengan melatih diri dalam kepahitan. Meskipun baru tahap-tahap seperti ini, yang berusaha menyibukkan diri untuk hal yang jauh lebih berdampak dari hanya sekedar kepentingan diri sesaat, dari hal-hal yang menumbuhkan kepekaan hati terhadap kebutuhan sekitar, dari waktu yang terus harus dipantau untuk peluang banyak amal, dan hal-hal lain yang stepnya masih tertatih. 

Segala hal ini wajar, hanya saja dengan suatu kepastian bahwa saya butuh lebih banyak mensuplay ruhy untuk sumber kekuatan dan mempompa dengan keras kesungguhan yang terkadang sempat bocor sana sini.

Khairunnas anfa’uhum linnas..

Sesungguhnya jiwa, raga, jasad ini bukan hanya untuk bertopang demi berdiri tegaknya nama Mariana Ulfa saja, namun sejuta hal dapat saya lakukan untuk mendongkrak suatu hal besar dengan nama yang terpatri dalam jiwa, raga dan jasad yang selalu terasa rendah di hadapan-Nya.

Rabu, 20032013
14:56 p.m
Al Baqarah, JT 1
_selingkup laporan tutorial_

Al Qur'an, Al Kariim, dan Ibu


Berusaha merekahkan senyum, harus, nggak boleh kelihatan cape’.. >.<

Untuk kali ini, hal yang jarang saya rasakan, merasa ngantuk saat mengajar ibu TPA di Masjid Al Karim Pogung Lor. Bukan, ini bukan lelah kok, hanya butuh kesungguhan sedikit lagi :)

Alhamdulillah dengan sedikit menutupi kejujuran jasad yang ingin bermanja dengan lantai -barangkali-, walhasil waktu yang telah lewat dari pukul 09.00 p.m tersebut dengan lancar sayu saya nikmati saat menyimak Ibu Tini melantunkan bagian dari senandung cinta An Nisa.  Biasanya saya dengan Ibu Saminem, yang tempo akhir ini sedang berpeluh untuk menuntaskan jilid 6 nya. Beliau yang sering mengucapkan kata “Maaf mbak, saya itu sering lupa...” padahal jika beliau tahu, saya selalu iri dengan semangat beliau setiap kali belajar. “ :) nggak papa ibu, yang penting terus semangat, insyaAllah nanti lama-lama bisa. Terus rutin dibaca saja ketika di rumah..”

-beberapa waktu lampau, malam ini tak seramai ini :)-
Malam ini saya hanya melihat beberapa gelintir jamaah saja yang datang ke TPA. Mungkin karena hujan. Dan akhirnya saya bersama dengan Ibu Tini, yang kali ini ternyata beliau sudah cukup lancar dalam melafadzkan setiap ayat Al Qur’an. Mungkin hanya cukup membernarkan beberapa mad atau panjang-pendek dan tajwidnya -yang masih harus berlatih untuk dengung, samar, dan sebagainya-. Sedangkan untuk makhraj, dengan beberapa pertimbangan memang harus bertahap, agak sedikit berproses membenarkan satu per satu bagaimana keluarnya huruf dengan tepat karena sudah terbawa sejak awal belajar. Ya barangkali sama juga dengan saya ketika awal belajar tahsin dulu. Namun hebatnya ibu Tini, beliau belajar Al Qur’an dalam jangka waktu 2 tahun akan tetapi biidznillah, Allah memudahkan lidah dan bibirnya begitu lunak untuk melafadzkannya. Kalem, sungguh-sungguh, tekun, itu yang terpancar ketika saya di depannya.

Mungkin rasa agak lelahnya malam ini Allah menutupi dengan kelancaran Ibu Tini membaca Al Qur’an, sehingga kuantitas kesalahannya tidak terlalu banyak dan selaras dengan redupnya mata kali ini. Sesekali mata saya terpejam. Khawatir terlewatkan ada peluang pahala untuk mengingatkan kesalahan yang nantinya jadi amal jariyah, tak hanya sekali dua kali saya berusaha membuncahkan semangat untuk terus terjaga dengan lapangnya.

Semoga lekas dikaruniai putra/i ibu Tini, semoga barokah atas semangat juangnya belajar surat cinta-Nya, semoga terus istiqomah dalam membaca dan mempelajari Al Qur’an :’)
Satu dua atau banyak percakapan ketika pulang, kembali menceritakan semangat ibu-ibu di sini. Belum tentu ketika nanti kita sudah berusia layaknya mereka, semangat kita masih sama seperti sekarang.

Lalu ingat ibu di rumah, yang setiap kali mengajar ibu-ibu disini... Berharap Allah menjaga beliau dan menuntun beliau dengan penuh kekuatan dan kemudahan melantunkan ayat-ayat suci-Nya. Ibu... semoga ibu kuat, dengan keterbatasan Ulfa di sini yang belum bisa banyak berbuat untuk senyum merekah kebanggaan. Ibu... yang Ulfa tahu, setiap apa-apa yang Ulfa lakukan di sini jika itu kebaikan, maka pahala itu akan mengalir langsung ke Ibu... Hanya memohon kekuatan dari do’a Ibu, supaya terus istiqomah berpijak dalam kebaikan dalam kebermanfaatan, dalam amal jariyah untuk investasi kita, dan keluarga kita. Ibu... maaf... maaf atas segala keterbatasan... :’)

Kaca diri : Nggak boleh males-malesan fah kalau ngajar ibu-ibu Al Karim. Saat tanganmu belum mampu merengkuh sampai di rumah untuk Ibu, disini jalan perantara untuk Allah menjagakan Ibu lewat amalmu :)

Selasa, 19032013
23:00 p.m
-Dalam sinkronisasi ruh, jasad dan segala asa-

Romance


What do u feel? If someone put a pink flower with some sweet words while u in a deep sleep?
_romantic_


Ketika mata tak terelakkan untuk terpejam, laptop yang biasanya singgah di atas meja pun akhirnya terdudukkan di atas kasur. Sampai suatu ketika mata mulai sayu, lalu entah saat itu ter-hibernate dengan sendirinya atau memang sengaja ter-shutdown dalam ketidak sadaran. 

Di pertiga malam, dilembutkan sebuah romantisme ukhuwah kembali. Alhamdulillah terbangun, menengok si ochi (ochiba-thosiba.red), lalu dilembutkan dengan sebuah pemandangan...


Subahanllah, masya Allah... :’)
Tertegun, memandang, lalu mengambil dengan perlahan...
Semangat ukh. Allah menjaga di tidurmu. Semoga sukses segala yang diusahakan. Mencintaimu
Ya Rabbi.. :’)
Saat itu masa-masa menyusun ide ‘kembali’ untuk proposal development, yang siangnya saya terlambat menyaksikan presentasi sahabat saya yang satu ini. Semoga barokah atas peluh-peluh yang tecurah ukhti, yang mengajarkan kekuatan dalam keadaan apapun, jazakillah khair :)
-bergegas untuk mengambil air wudhu-

Ada tambahan amunisi di suplement blueprint saya :)


Saat itu.. Rabu, 06032013
written
22:42 p.m
Sabtu, 0903103




Diam


Diam itu terkadang emas, bicara itu terkadang berlian.
Namun seringnya dalam realita lebih mudah menemukan emas daripada berlian.
Dalam artian, lebih sering menemukan bongkahan emas dalam diam daripada serpihan berlian yang berkilau dalam bicara.

Tidak percaya? Ternyata diam itu lebih banyak berpikir. Dalam diam banyak instropeksi. Saat diam tidak gegabah. Diam itu muhasabah. Diam itu dzikir. Diam itu lebih tunduk. Diam itu senyumnya hati. Diam itu segalanya yang membuat lisan licin ini tak mudah terpeleset.
Diam itu saat Allah tidak rela kita banyak melakukan yang sia-sia. Diam itu tenang. Diam itu tempaan hati untuk sabar. Diam itu sejuta senjata untuk terus merendah di hadap-Nya. Diam itu bukan dibuat-buat. Diam itu automatically di tangan Allah, Pengendali Alam Semesta.

Diam itu menyusun perbaikan diri. Diam itu haru dalam hikmah. Diam itu syukur, dalam setiap nikmat. Dan ada kalanya diam itu bergejolak, untuk kemudian tertunduk, menangis, berlayar dalam ketenangan, dekat, merapat, lalu merasakan hidup melayang tanpa beban, karena rasa cinta terhadap-Nya merasup mengalahkan segala hal yang lena-lena.

Diam... ini yang selalu dirindukan. Diam... terus saja bersemayam di alam pikir, untuk diri ini bijak dalam merintis, cukup berkata saja yang baik. Untuk jauh dari kesia-siaan, untuk menuntaskan kewajiban diri, memenuhi hak orang lain dan merapatkan diri pada kesempurnaan iman.

...Cukup, hanya itu yang menenangkan...

Amaama ghufratun naum, Al Baqarah-Al Maidah, Rumah Cahaya
21:44 p.m
Sabtu, 09032013

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..