"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Bukan Menjadi Mariana Ulfa Selama 6 Jam

Pukul 06.00-12.00 WIB, waktu 6 jam yang rasanya berjalan sangat lambat. Setiap 15 menit, bahkan kurang dari itu, sesekali saya melihat jam tangan...
Huuufff... kok masih 3 jam lagi ya?
Kok masih 1 setengah jam lagi ya?
Kok masih...
kok masih....???
Fiiiuuuh... semoga cepat berakhir....
Saya ingin segera cuci muka, membilasnya pake sabun hingga bersih... Risih memakai pakaian ini, apalagi make up ini, sandal yang membuatku lebih tinggi beberapa centimeter ini... Dan ironisnya, ya Alloh... orang yang lalu lalang tadi pagi !
Rasanya ingin mengusir jauh-jauh..
"Heeiii... Ngerti nggak sih? Sembarangan masuk aja, pergi dong... Jauh-jauh sana ! Nggak ngerti orang nggak sukaaa???"

Yaa... hati saya ingiiin sekali berteriak seperti itu kawan... Tapi ternyata saya terlalu lemah dan hanya bisa meremas-remas tangan tanda ngedumel.

Bukan saya, ini bukan saya... Ya Alloh... Ya Alloh... Saya tidak suka didandanin !
Apalagi yang kayak gini...

Sungguh, menjadi penunggu buku tamu menjadikan saya bukan menjadi diri saya, Mariana Ulfa, selama 6 jam !
#Saya merasa lebih cantik dandan sendiri daripada didandanin...#
Saya nggak perlu bulu mata, eyeshadow, merah-merah apaan tuh namanya, kebaya dan jarik yang bikin sesak napas itu, dan nggak perlu merah-merahan di bibir....
Bikin ngantuk tapi dipaksa ikhlas senyum... Masya Alloh...
Bagi saya, cantik itu bukan itu... bukan itu namanya cantik. Saya punya definisi cantik sendiri..!
Okelah, cukup sekali InsyaAlloh...

Ini oleh-olehnya :
#Tetep aja cari kesempatan koleksi


Dapat segini dari hasil meloby mbak catering.hehe

Si Putihnya anggun...^^

Coba deh lihat, si kuning malu-malu...^^

Saya suka bunga, dan suka capture segala sisi bunga... Coba deh amatin, dari manapu, dari sisi manapun bunga, tetep aja cantik, seger, anggun, imut, sholihah (maksudnya?) pokoknya subhanalloh deh.. :)

Nah, tahukah kawan? Wanita itu seperti bunga di atas bukan?
Seperti si putih yang dengan keanggungannya, meskipun ia tersembunyi (sebenarnya dia tidak terlalu terlihat dalam rangkaian susunannya) tapi ternyata, kalau kita dekatin... Subhanalloh... cantiiiik...^^
Seperti si kuning... yang meskipun ia tertutup daun (malu, jadinya sembunyi), eh ternyata setelah kita tilik dari sisi yang lain... Ya Alloh, betapa Engkau menampakkan ke elokan pada makhluk-makhluk-Mu yang membuat kita tak henti mengungkapkan kekaguman...
Aih, si kuning itu mempesona...^^
Nah... Wanita itu terlalu elok untuk dipertontonkan di khalayak umum. Pancarannya begitu mempesona... Biarkan saja ia bersemi keanggunannya untuk orang yang memang benar-benar terpercaya untuk menjaganya. :)
kecuali memang untuk hal yang memang mengharuskan untuk tampil di depan umum, asalkan tidak timbul fitnah. Seperti, presentasi, mengemukakan pendapat yang positif, dan hal bermanfaat lainnya. Ingat ! Bukan untuk pamer keindahan ! Heiii... percayalah kawan, tanpa kamu tunjukkan, semua orang sudah menyadari fitroh keindahan yang kita miliki...^^

Karena definisi cantik itu...
"Bukan cantik yang dengannya akan mendorong orang lain berbuat maksiat, namun
Ia cantik, karena dengan kecantikannya ia mampu mengingatkan orang lain kepada Alloh Subhanahu Wata'ala...."

Sudahkah kita seperti itu kawan? ^^
InsyaAlloh berproses ya... Semangat Syurga ! :)

Mau Syurga Nggak???

Repost : Note di FB

Kita tak akan pernah tahu apa yang orang lain dapatkan dari keikhlasan amal yang kita ikhtiarkan untuk orang lain. Meskipun kecil.. :)

Subhanalloh, pagi ini tadi ada kejadian simple yang insyaAlloh hikmahnya besar.
Kuliah ba'da subuh dengan Abi Syatori, Al Imamah (Menjadi Imam dalam Kehidupan) sangat mengena. Semoga Alloh memberikan kesempatan saya untuk menuliskannya di lain waktu. Aamiin

Rasa kantuk yang tak terelakkan ternyata sempat membumbuhi di awal perkuliahan. Padahal saya sudah berusaha berdiri sebentar, bergerak-gerak, tetap mencatat, dan ikhtiar kecil lainnya. Masya Alloh, ngantuk memang anugerah, bukan aib, tapi disaat hadir dalam keadaan yang mengharuskan menunaikan ibadah wajib (menuntut ilmu) yang prioritas memang harus di lawan.
Eh, tapi tetap saja mata lama-lama sayu. Lama-lama menunduk, dan... tangan perlahan berhenti menulis yang sebelumnya diiringi goresan font tulisan berseni yang berliuk-liuk untuk kemudian terhenti dengan garis yang semakin tipis..
Pikiran yang semula tertuntun dengan apa perkataan abi, lama-lama hanya mendengar samar-samar, lalu tertutup di alam bawah sadar...
Yah, sempat ketiduran..

Kebiasaan kami ketika ada yang ngantuk saat kuliah adalah, berusaha menyentuh dengan kasih sayang supaya saudara kami terbangun dan kemudian kembali menyerap ilmu berharga. Karena kami di sini bersama, menjadi sosok pembelajar bersama, dan menjadi pandai dalam ilmu dan amal yang sama. Meskipun keberhasilannya belum bisa terprediksi. Entah beliau nanti kembali sayu, atau kembali berkonsentrasi dan kembali mencatat dalam dokumentasi perkuliahan miliknya. Tergantung bagaimana cara membangunkan, motivasi, toleransi tubuh, dan lingkungan yang mendukung (hehe).

Termasuk juga saya. Ternyata juga beberapa kali terjangkit VKSS (Virus Kantuk Setelah Subuh). Entahlah, bisa dibilang beberapa kali atau sering. Hehe
Nah, dahsyatnya (subhanalloh) ketika saya biasanya dibangunkan dengan sentuhan biasa pada umumnya, tapi hal yang menarik dan membuat mata saya langsung terbuka adalah cara membangunkan saya oleh orang di samping saya. Apa kawan dia bilang?
Saat saya mulai menundukkan kepala tanda sayu. Lalu sentuhan di tangan dengan pertanyaan retoris yang pelan namun tegas ia lontarkan, "Hei, mau syurga nggak??"
Subhanalloh, langsung terbuka mata saya, dan refleks langsung menatap dia, Tia teman sekamarku. "Hm? Iya.. Mau.." langsung tangan saya menyentuh bolpoin dan menggoreskannya di atas buku di depan saya..

Setelah kejadian ini saya berpikir, subhanalloh.. Ketika manusia diingatkan tentang syurga, betapa kecilnya ikhtiar kita saat ini. Padahal syurga itu bukan untuk orang yang terkantuk-kantuk saat menjalankan amalan, bukan untuk orang yang setengah-setengah dalam berikhtiar. Ya Alloh, hamba bersyukur dalam komunitas yang senantiasa fastabiqul khoirot.. Pertemukan kami fil jannah.. Aamiin ya Robb.. :)

Ibu Kue dan Kita

“Kue kue.... Mbak... kue mbak, kue....”

Seru Ibu Wiji yang tangguh itu. Kawan, dia ‘Ibu Kue’, sapaan akrabnya ketika belum tahu namanya.

Dengan sepeda onthel nya yang sudah tua, usianya yang tak lagi muda tetap saja menggerakkan kekokohan niatnya untuk berjualan kue. Sebenarnya bukan hanya kue yang beliau jual. Namun ada macam-macam makanan, seperti nasi pecel harga Rp2.500,00, bakwan udang, jajanan pasar (macam-macam kue kecil), donat, gorengan, nasi kuning di kotak plastik, nasi goreng, dan masih banyak lagi...

Pagi ini, DS (Darush Sholihat) asrama saya sepi, teman-teman yang notabene mahasiswi yang sekarang sedang mempunyai jatah liburan semester kebanyakan pulang ke rumah masing-masing. Al Fitri ke Lampung, Hanum dan mbak Anis ke Sumatra juga (tapi yang ini beda, bukan pulang kampung tapi acara walimahan kakaknya.hehe), Kiki ke JaBar, Mbak Antina dan Sa’diyah ke Jakarta, Mbak Tia ke Bantul, Sabil ke Depok, Desy ke Sukoharjo, dan sebagian yang lain tidak saya sebutkan serta sebagian yang lain juga sudah pergi pagi-pagi setelah kelas Bahasa Arab berakhir. Kelas berakhir pukul 06.00 WIB dan sebagian ada agenda pukul 06.30 WIB.

Pagi ini, saya beli sarapan di warung Bu Nongki, sebagian menenyebut Bu Nunung, dan spanduk warung bertuliskan “Mbok Nonong”. Entahlah, dari mana asalnya sebutan itu, yang jelas warungnya tetap sama. Nasi, sayur buncis tempe, sayur daun ketela, tahu bacem dan bakwan telah mengisi perut ku dan tiga orang teman se asrama. Alhamdulillah... Nikmat rasanya... syukur, syukur dan syukur..^^

Beberapa menit kemudian aku memang memutuskan untuk mencuci baju. Sejenak sebelum aku beranjak, ada seruan Ibu Wiji yang biasanya memang datang pagi-pagi sekitar pukul 07.30-08.00 WIB, itu perkiraanku. Beliau berjualan kue keliling...

“Kue kue.... Mbak... kue mbak, kue....”

Hampir sama persis setiap hari. Ya Alloh, lagi-lagi, sebenarnya terkadang merasa kasihan sama Ibu Wiji. Misalnya saya kali ini sudah sarapan, jadi tidak mungkin saya akan beli makanan lagi, karena akan sangat memboroskan. Apa boleh buat, lagi-lagi hanya menjawab,

“Mboten Bu.. “
(Red : enggak bu) kemudian disusul jawaban Ibu Wiji,

“Mbote mbak? Nggih sampun, rencange mbak?”
(Enggak mbak? Ya sudah, temannya mbak?) dan mbak Ika teman sekamar saya yang menjawab bahwa sebagian besar pulang.

Sewaktu saya mencuci di lantai 3, sekilas saya melihat Ibu Wiji mengelilingi kompleks untuk berseru kue dagangannya dengan sepeda onthel itu...

Kawan... Beliau usianya sudah tidak lagi muda, fisik nya sudah tidak lagi sekokoh kita yang bisa dengan cepat mengayuh sepeda, kesederhanaannya membuat ia tampak pribadi yang bersahaja, ketekunannya mampu membuka jalan pikiran saya bahwa memang setiap garis hidup yang Alloh takdirkan sekarang harus kita lalui dengan seoptimal mungkin kemampuan kita.

Bandingkan, beliau mungkin usianya sudah lebih dari 50 tahun, kita? Yah, mungkin antara 17-25 tahun lah katakanlah.. Pernahkah kita seharian mengayuh sepeda untuk menghasilkan uang yang mungkin setiap kali berhenti hanya untuk sekitar Rp100,00 sampai Rp500,00???

Beliau berjualan naik sepeda onthel, kita? Naik motor sekolah, kuliah, atau bahkan ada yang di antar.. Naik angkot mungkin, ya kalau ada yang jalan nggak papalah, kan fisiknya masih kuat, atau bahkan naik mobil? Itu aja untuk hal yang memang jadi kewajiban kita kawan... kita sudah dibayari sekolah, kuliah... beliau untuk sekedar menyambung hidup harus lebih berjuang keras dari kita...

Beliau jarang sekali libur jualan, bahkan hujan deras sekalipun (bayangkan kalau nggak di jual? Hari ini makan apa?)...

Sedangkan kita? Hampir tidak pernah merasa kelaparan, kalaupun lapar sedikit langsung beli makan. Itu pun masih suka ngeluh males beli makan.... luar biasa memang manusia.

Instropeksi untuk diri saya juga. Bahwa setiap kemalasan, kelemahan, keluhan dan keprihatinan kita itu belum ada apa-apanya dengan orang-orang pilihan Alloh disana yang mereka berjuang lebih keras untuk hidup... Sedangkan tugas kita itu cuma satu men ! Melawan malas ! Seperti kata Umi Masbihah... Karena kalau sudah malas, segalanya akan dibawa susah... dan susah itu sumbernya adalah kita sendiri.

“Ketika kita merasa berat, maka ingatlah dan bukalah mata hati pada orang-orang pilihan Alloh yang masih menunjukkan ketegaran hidup untuk mencapai kemuliaan sabar, ikhlas dan tawakal indah yang berbuah syurga. Kalau belum menemukan, cari orang-orang sepeti itu, orang yang lebih keras berjuang daripada kita ! Kita hidup di dunia ini hakikatnya berlomba-lomba untuk mencapai syurga Alloh, maka kita harus mencari orang yang sedang berlari mengejar syurga, biar kita sadar bahwa sebenarnya kita masih jauuuh tertinggal... Kehidupan adalah sarana untuk akhirat dengan keikhlasan niat ibadah dalam setiap amal perbuatan..”

Ibu Wiji, semoga Alloh memudahkan rizkimu... ^^ Aamiin


Tulisan Sederhana

Keinginanku yang satu ini tumbuh dari teman sekamarku, kakak yang dewasa dan cukup menghibur...
Tahu kah? Apa ya kira-kira?^^
“Menuliskan setiap ilmu kesehatan yang aku ketahui dalam bahasa yang ‘bersahabat’ dan sederhana agar bisa dinikmati untuk khalayak umum...”

Padahal dulu saya belum terlalu terfikir hal itu sebelumnya. Meskipun menarik, tapi sekali lagi, jiwaku belum tergerak. Sayang sekali... Padahal itu adalah ide luar biasa...
Dan bersyukur kali ini hati dan otakku sedang lapang-lapangnya untuk menelaah kata-kata itu karena tiba-tiba terbersit di pikiran.
Yeps, menuliskan dan menuliskan ! Mungkin hanya sekadar yang aku tahu yang mungkin jauh dari kesempurnaan ilmu. Yang penting kan ada ikhtiar untuk melaksanakan kewajiban setelahnya, yaitu mengajarkan pada orang lain.
Yang menjadi pikiran saya sekarang adalah,
“Betapa bodohnya diri saya, yang setiap kali ada perkataan dari orang lain yang membangun justru tidak segera membangkitkan saya untuk segera bergerak. Bergerak, bergerak dan berkontribusi untuk produktivitas yang maksimal. Padahal, sepengenalan saya akan diri saya sendiri, masih sangat jauh dan jauuuh dari keterlibatan memperbaiki umat... Semua di mulai dari sendiri fa, belajar, belajar, berbenah menjadi pribadi yang lebih fleksible namun kuat, bersemangat beribadah dan belajar karena Alloh, peduli sekitar, peka terhadap saudara seperjuangan, selalu memperkokoh ruhani, berbuat untuk orang banyak dan menjadi contoh yang baik untuk sekitar...”
Oke, semua butuh proses... Namun tidak ada yang tidak mungkin, semua berjalan ketika kita menyertakan Alloh dalam setiap langkah. Percaya? Insya Alloh yakin....^^
Tunggu edisi tulisannya.. Bismillah...
NOTES : CERITA HIKMAH ATAS FISIOLOGI MANUSIA, hadir segera..
Semangat Kontributif ! :)
SEMANGAT MERAIH SYURGA
BERLOMBA-LOMBA MENCAPAI TANGGA TERTINGGI^^

Untuk Adek Laki-laki

Sebuah kutipan, dari sebuah jejaring sosial, tapi maaf saya lupa redaksinya dari mana, karena sang pengutip juga tidak mencantumkan sumbernya.. :)
Semoga bermanfaat dan ini khususon tertuju untuk adek laki-lakiku yang sangat ku cintai karena Alloh...^^

Surat Seorang Ayah untuk Anaknya

Menjadi Asing
Nak, ayah sengaja bawa kamu ke sini karena mau ngomong serius sama kamu. Sekarang kamu sudah baligh. Kamu relatif sudah bisa membedakan yang benar dan yang enggak. Tapi kamu masih terlalu muda buat kenal dunia secara luas, seluas laut dan langit di dpn kamu itu.
Nak, apa kamu pernah menerka kenapa ayah sangat membatasi kamu nonton TV, kenapa ayah sering potong kabel TV yang baru dibeli ibumu? Apa kamu
tahu kenapa ayah sering ajak kamu menjauhi keramaian, kenapa ayah sering banting pemutar musik kamu? Kamu tahu, nak? Itu karena ayah sayang kamu dan gak mau kamu jadi orang-orang bentukan media mainstream yang gak islami.
Pada umumnya mereka itu bikin kamu tahu dalam ketidaktahuan.
Kamu jadi tahu cara bikin orang ketawa, cara supaya dunia melihat kamu, cara berbahasa yang up to date, dan cara tetap ikut tren. Kamu jadi tahu si artis anu lagi bunting 7 bulan.
Kamu dijejali dengan informasi- informasi gak penting, se-gak penting artis anu baru ngerayain ulang tahunnya di Food Court Pondok Indah Mal.
Tapi nak, kamu gak diajarin kamu harus gimana kalau kamu mimpi basah, apa yang harus kamu lakukan kalau mau nikah tapi belum siap. Kamu gak diajarin bahwa onani itu masuk dalam tujuh dosa besar. Kamu gak diajarin cara milih calon pasangan hidup yang benar, apa kriterianya.
Kamu jadi tahu batasan HAM tapi tidak hukum islam. Kamu jadi tahu cara ngitung PPn, tapi ngitung zakat kebun kamu sendiri aja bingung. Kamu jadi tahu di Bangladesh itu orang kebanjiran terus, tapi kamu malah gak tahu komplek sebelah kita juga kebanjiran. Siaran setengah jam pagi-pagi itu jelas kurang nak. Bahkan kamu sama sekali gak dibikin ngerti cara baca Quran. Bedain “fa” sama “qof” aja gak bisa, gimana mau paham, anakku?
Kamu nanti malah jadi bingung, di TV diajarin menikah sama anak di bawah umur itu bejat gak ketulungan, apa kamu mau bilang Nabi Muhammad yang menikahi Aisyah umur 6 tahun itu bejat?
Di TV diajarin makan jilat tangan itu gak sopan, tapi di hadits kamu temui sunahnya itu malah jilat tangan. Di TV diajarin kalau ketemu orang itu salaman, padahal di hadits yang kamu pelajari, lebih baik kamu ditusuk besi panas daripada bersentuhan dengan bukan mahrom. Di TV disiarkan bahwa lesbi dan homo itu manusiawi dan sudah lazim, tapi di hadits, mereka itu layak dihukum mati.
Ayah paling takut kamu mengarah ke logika-logika praktis begitu. Ayah takut kamu menomorduakan Quran Hadits karena gak logis menurut kamu.
Camkan ini nak, agama itu bukan dibangun dari logika, dan agama itu jauh dari kelogisan-kelogisan yang ada di novel Sophi’s World, walaupun dia jadi best seller
internasional selama beberapa tahun. Nak, Al-Quran itu sudah jadi super best seller sesemesta selama belasan abad.
Kalau agama ini menuruti kelogisanmu, gak akan ada cerita 313 pasukan islam dengan perbekalan dan senjata yang jauh dari memadai bisa menang melawan 1.000 pasukan kafir dengan perbekalan dan senjata yang berlebihan waktu perang Badr. Gak akan ada cerita pasukan islam masih bertahan di perang Khandaq setelah
dikepung dari segala penjuru.
Gimana mungkin ada bantuan angin dalam perang di abad ketujuh? Nonsense! Itu semua gak akan masuk ke logikamu, nak.
Kamu akan wudhu dengan membasuh duburmu kalau kamu mau ikut logika, tapi bukan begitu yang diajarkan, nak. Kita gak tahu apa-apa. Keimanan itu bukan kelogikaan. Iman itu artinya percaya. Percaya bahwa aturan itu tepat walau gak masuk logika kamu.
Itu kenapa kamu harus mendalami Quran Hadits dengan mantap. Kamu tahu kan, bahwa ilmu yang wajib dicari itu ada tiga: ayat yang menghukumi, sunah yang ditegakkan, dan ilmu hukum waris. Intinya kamu wajib belajar Quran Hadits. Ilmu yang di luar itu statusnya cuma ilmu tambahan. Ayah sama sekali bukan melarang kamu sekolah sampai title kamu 10 biji, kalau ada. Sekolahlah tinggi-tinggi, cari
ilmu sebanyak-banyaknya, itu positif.
Ayah cuma takut, kamu bisa menghitung bulan itu tepat ada di atas kepala kamu pada tanggal berapa jam berapa, tapi kamu kebingungan ngitung waris waktu ayahmu ini meninggal.
Ayah takut kamu bisa fasih luar biasa berbahasa Inggris, tapi salam aja ngomongnya “semlekum”. Ayah gak mau kamu hapal irregular verb dan certain adjective, tapi gak hapal siapa saja mahrom kamu.
Ayah gak mau kamu bisa bedain processor bagus dan enggak, bisa bedain awan cumulus dan nimbus, bisa bedain membran sel dan membran mitokondria, tapi
kamu gak bisa bedain halal- haram dan suci-najis. Dan hal-hal semacam itu. Ayah takut kamu kuasai dunia tapi gak ngerti hukum islam, nak.
Ayah gak kebayang, pascatiada nanti kamu jawab apa waktu ditanya, “Kenapa dulu kamu lebaran duluan dibanding tetanggamu?” Apa kamu bakal jawab, “Abis di tanggalan lebarannya tanggal segitu, saya kan gak tahu aturan sebenarnya gimana.” Terus ditanya lagi, “Lantas, kenapa kamu tidak cari tahu ilmunya?”
Apa kamu berani jawab begini, “Saya kan mau sekolah sampai S3, mau punya rumah besar, mau jadi anggota dewan, target saya banyak, jadi belum sempat mendalami islam.” Berani?
Al ‘ilmu qobla ‘amal, nak. Beramal setelah kamu punya ilmunya, jangan sembarangan ikut-ikutan.
Orang tahlilan kamu ikut tahlilan.
Orang pacaran kamu ikut pacaran. Aduuuh, nak. Jangan.
Jangan jadi orang yang “qila wa qola”, masih gak jelas dasarnya,
eh malah disampaikan. Jangan katanya katanya. Kamu harus tahu betul apa dalilnya, hukumnya gimana, baru bisa melakukan atau menanggapi sesuatu. Kamu tahu kan, qila wa qola itu termasuk satu dari tiga hal yang dibenci Allah? Coba buka lagi kitab Muslim kamu.
Dalamilah ilmu agama, nak.
Malaikat akan membentangkan sayap-sayapnya karena senang padamu yang sedang mencari ilmu. Sampai ikan-ikan di lautan, semua mendoakanmu, nak. Kalau kamu jadi pengajar dan pengamal Al-Quran, ayah bakal dapat mahkota emas yang terangnya lebih dari matahari. Itu jauh lebih membanggakan dari ayah dipanggil mau diberi penghargaan karena kamu meraih nobel. Ayah dapat mahkota, kamu tentu dapat lebih dari itu, nak.
Setelah ilmumu kuat, aplikasikan, sebarkan, dan perjuangkanlah semaksimal yang kamu bisa, nak.
Jangan takut cacian orang.
Jangan menyerah walau sedunia ini memusuhi kamu. Gigit agamamu dengan gigi geraham.
Lebih baik kamu hidup dengan ngangon kambing di Gunung Leuser sana ditemani 200 harimau sumatera daripada kamu hidup makan enak dan mudah tapi gak bisa aplikasikan agamamu.
Nak, dari dulu orang hebat itu selalu dianggap asing di zamannya. Itu bukan berarti
kamu harus menjadi asing, nak, bukan. Tapi, risiko kamu “diasingkan” masyarakat itu
besar kalau kamu bawa nilai-nilai baru, atau nilai-nilai lama yang dianggap baru.
Anak muda seperti kamu punya tenaga dan semangat yang jauh lebih besar daripada orang tua kayak ayah begini. Ibnu Umar, pada usia 13 tahun ingin ikut dalam Perang Badr, tapi dilarang, nak, karena masih terlalu muda. Ia akhirnya ikut dalam perang Khandaq pada umur 15 tahun. Sejak belia, beliau senang mencari ilmu, nak. Beliau menjadi periwayat hadits kedua terbanyak setelah Abu Hurairoh.
Kamu tentu sering dengar Ali bin Abi Thalib, anakku. Beliau sudah menjadi bintang lapangan pada Perang Badr, saat usianya masih sekitar 25 tahun. Beliau menjadi pimpinan pasukan Perang Khaibar, beberapa tahun kemudian, yang akhirnya menang
gemilang. Beliau yang membunuh Marhab, panglima besar Yahudi.
Semua dalam usia belia, anakku.
Imam Bukhori yang menyusun hadits tershahih sampai sekarang, beliau mulai berkelana pada umur 16 tahun. Jiwa muda yang tetap teguh belasan tahun menghimpun hadits-hadits shahih.
Kamu tahu apa yang terjadi pda Imam Bukhori, anakku?
Beliau diusir dari kampung dan menjadi musuh banyak org pda zaman itu. Tapi itu tidak membuatnya gentar.
Slanjutnya giliran kamu yang mnruskan perjuangan. Slamat berjuang nak, luruskan niat,
ayah doakan.




Saya...
Kembali menorehkan mimpi, dalam kapasitas diri yang kecil...
Saya... Bukan lah sosok besar... Namun semua orang berhak untuk memimpikan suatu hal yang besar.
Saya, kembali bersyukur atas anugerah besar sebagai petunjuk jalan dari Alloh untuk transisi ke arah yang lebih besar...
Bermula dari tulisan di dinding kamar,

Mengikuti PKM dan LOLOS DIDANAI.
2012 -- PIMNAS
Alhamdulillah, bersyukur...

Bismillah... Apapun, hanya ingin memaksimalkan ikhtiar... :)
Untuk bisa menjadi seperti mereka... ^^

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..