"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Notes

Cepatlah pulang, anak muda. Jika dirasa silaturrahim akan tersambung via sapaan di jalanan, percayalah, keberkahan do'a yang terkasih di rumah akan jauh lebih hakiki kenikmatannya, bahkan tanpa batas, bahkan hingga ujung usia kita.

Percayalah, bukan itu cara kita menikmati hidup. Tapi keridhoan merekalah yang membuat hidup kita nikmat.

Cobalah berpikir ulang, berpikir ulang, dan terus ditimbang keberadaan manfaat dan mudharatnya. Terus diulang, setiap kali memutuskan. Perlahan dewasa menghampiri dengan sendirinya, lembut menyapa.

Terkadang menjadi muda itu memang menghanyutkan. Semoga dayungnya kokoh untuk diajak mengayuh ketertinggalan :)

Power

Life is hard man, so that u must study hard.

#LulusCepet !

Esensi Menghafal Qur'an

"Karena sesungguhnya bukan untuk gelar hafidzah kita menghafal, bukan agar kita disebut banyak hafalannya, bukan 'ammah... bukan.. tapi bagaimana bisa setiap bertambahnya 1 juz, 2 juz, 3 juz kita... semakin membuat kita dekat dengan Allah.. :') iya.. semakin bertambah taqarrub ilallah dalam setiap bertambahnya hafalan kita.."

suara lembut menggetarkan di depan kelas ketika itu,
kemudian membuat tahanan isak tangis hingga sesak,
di balik kegengsian teriakan perihnya hati yang teriris-iris.

Semoga hati kita kuat setegar karang. Pantang rapuh atas terpaan ombak permainan dunia. Aamiin yaa Rabb :')

0:04 a.m
08122013
JM

Refleksi Hidup dari Si Abang Siomay

Gerobak seberang perlahan mulai surut secara kuantitas. Sudah mulai di ajak mengais rizki oleh tuannya. Si abang ternyata siaga selepas dhuhur. Kisaran lepas pukul dua belas siang, sudah rapih dengan pakaiannya untuk berkeliling luasan sinduadi, entah pogung lor, pogung baru, slokan mataram, atau yang lainnya. Tapi usik siapannya sedari pagi, terlihat samar dari balkon. Geraknya khusyu, sesekali berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Sedangkan saya mencari posisi terstrategis untuk tetap menikmati slide materi tanpa gelisah terlihat insan lain dengan tidak menenangkan -hehe-.

Inilah hidup, segala hal memang penuh titian ikhtiar. Sekecil apapun. Dan pasti si abang tadi harus berjuang dengan banyak cabang, mentalitas, laba-rugi tiap harinya, belum lagi panas dan hujan. Pernah terbayangkan? Jika saja ia tersanding takdirnya dengan se usianya yang sekarang menikmati bangku kantor kemegahan. Gaji besar. Hidup mewah. Begelimang harta. Atau minimal wirausahawan muda. Sedangkan saat itu menguatkan diri untuk mengenalkan diri sebagai pedagang siomay kaki lima? Mungkin kita baru terkadang menyadari kemuliaannya. 'Yang penting halal', begitu mungkin ketika mengungkap niatannya. Atau 'daripada ngamen di jalan'.. Masyaa Allah, pasti ia terpatri untuk menjaga izzah diri dan keluarganya.

Kamu siapa kawan?
Mahasiswa?
Berapa minta duit dalam sebulan?
Habis untuk apa?
Ada beasiswa?
Apa?
Parent foundation?

Berapa tetangga kos atau kontrakan yang telah kena dampak ilmu melangit yang kamu pelajari siang dan malam itu?
Atau jangan-jangan waktu luang saja dicukupkan untuk mengkhatamkan taman rekreasi, kuliner, atau menjamah tempat bermanjakan diri?

tertunduk merenunglah..

Ah, saya pun sama saja baru di ranah kampus, atau mungkin hidup pun masih dalam homogenitas yang terlalu sering. Terlalu nyaman. Telah banyak kaca bertebaran, tapi manusia jarang mau memakainya sembari lama menyapa siapa yang tergambar. Kaca kehidupan, yang dalam realitanya terlukis saksi hidup kerasnya hidup dan kehidupan. Tapi nampaknya baru sedikit yang terus tergerak, bahwa mentalitas juang harus terasah. Bak jemari yang kebal 'mengapal' karena terus tergores dengan senar gitar. Hingga masih ada saja yang tergelepak sendu dengan kemalasan.

Semoga jiwa-jiwa kita terkuatkan oleh-Nya. Berjihad besar dengan diri untuk melompat ke urusan umat dan kembali ke masyarakat dengan sejuta manfaat.

Kemudian mendongkrak kemajuan sampai sejahteralah bahtera rukun tetangga sekitar kita. Minimal. Sampai kelak untuk negeri kita tercinta.

12 : 58 p.m
Teduh balkon bersanding kamboja
-emergency learning-

Ruhiyah Online

Terkadang saya pun terbersit satu dua hal sebelum memutuskan untuk online.
Takut-takut jika ruhiyah belum siap menghadapi gejolak dunia maya.
-berlebihan, tapi seringnya sinkron dengan yang terejawantahkan dengan laku berselancar-

semoga proses kita untuk haritsun 'ala waktihi terus terotomatisasi dalam akhlak :)

Istirahatku

Apa yang salah dari sistem?
Jika banyak yang rancu, ya kita yang harus beres.
Jika terlalu rumit dan berkelit, ya kita yang sabar.
Segalanya tak bisa di tuntut ideal, makanya bersabarlah.
Apalagi kekeuh idealis, ya nggak bisa. Makanya jangan berlebihan. Noted !

Memang salah kalau diambil alih?
Tidak, hanya saja mungkin lebih sedikit telaten lagi.
Komunikasi, pemahaman, kerja nyata, terus kerjakan, terus kerjakan, terus kerjakan...
terus saja, terus, terus kerjakan, beralih, dan kerjakan lagi...
apapun.. apapun kerjakan itu.. mana yang belum..

nampaknya asal tubruk.

bukan.. bukan seperti itu juga..

itulah kenapa, manusia bukan mesin !
asal pakai saja, sampai usang, sampai kering tak berasap.
Tapi rasa, jiwa, energi yang membuncah jiwa.
Di sini ada pundi, pundi-pundi ruh yang melucutkan gempuran peluru amal.

yah, amal... amal ya Allah... amalan...
tapi sudahkah ini bertuan?
Bertuan?
Iya, hanya untuk-Nya..
bukti menjadi hamba, hamba dina, tak berdaya tanpa sentuh rahman dan rahim-Nya

ya, prioritas amal !
Belajar lagi, terus belajar terus, terus...
sampai lelah.. terus lelah.. dan belajar lagi..
terus...
sampai semua nikmat..
sampai semua tak terasa..
kapan waktu berjalan..
hingga semua terasa..
semua begitu masuk merasuk terfahamkan.
akan hakikat hidup dan kehidupan.

itu.. yang dicari.. keridhoan..
yang murni setiap langkah
yang teduh mengiringi
yang basah menghujam ke sanubari

terefleksi dalam akhlak
tertuangkan dalam kerja nyata
lillah fillah billah...
Allahu akbar !

Allahu ghayyatuna..

belum sanggup berjihad di medan nyata
sekarang, cukupkan tabungan dulu saja di medan juang yang ada.
sambil berpeluh, bedo'a, memohon yang benar-benar benar di mata-Nya.
untuk sebuah titian jalan..
kemudahan ikhtiar hingga shiratal mustaqim.

jannah..

-Refleksi cinta-
Jabal Masjid, 22:16 p.m
22102013

 alhamdulillah sedikit bernafas.
next, skenario komik !

choice

life is a choice.
to do something, or to create some big.
yea, I've learned to pick the best.
accordance with the capacity of self.

or here later we call with  priority of fiqh.
strengthen ya Rabb.. 

sebab terbaik

Semakin tertatih. semakin terseok.
semakin stagnan. semakin comfort.
semakin curiga.

lalu memaksa untuk bergerak.
semakin sok santai. semakin tergopoh-gopoh.
ya sudah, beramal saja yang terbaik.
supaya menjadi pilihan,
mengikhtiarkan sebab terbaik untuk kehidupan,
bukannya
mengikhtiarkan sebab untuk kehidupan terbaik

alhamdulillah :)

..

sejenak refleksi, buka-buka file lama. Tulisan lalu melankolis banget :p

perkenalkan, saya Mariana Ulfa :)

Mata Cahaya #3

"Sekarang bukan saatnya mengutuk diri, tapi terus bergerak dan mengerjakan apa yang seharusnya kita lakukan saat ini untuk hari kemudian" (Anti Ahsanti)

-dengan sedikit gubahan-

Nikmat iman, Amanah, Kontribusi



Sungguh ya Rabb.. hanya setitik nikmat ini yang aku minta. Namun bongkahan emas, perak dan permata dari alam yang Engkau suguhkan..

Hamba tidak tahu amal apa yang membuat segala asa berbunga menjadi kilau menembus batas. Atau peluh apa yang tertatih menapakkan ikhtiar. Namun rahmat-Mu, uluran tangan-Mu, melembut kasih melalui sayap-sayap malaikat di setiap langkah.. Sungguh, setiap waktu, setiap detik, bahkan nafas yang belum penuh terhembus, selalu sesak atas desakan nikmat yang mengharu biru...

Aku tertegun, sayu, menunduk malu setiap waktu.. menahan luapan bahagia yang tenggelam dalam manisnya iman..

Hari ini, akan selalu menjadi hari yang membuat merindu. Selalu saja terbayang untuk tak lepas luapkan lebihnya rasa bahagia nan syahdu.

Shohib, bukankah kita ingat :
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenang." (ar-Ra'd: 28)

Mungkin ini yang disebut sakinah :)
Yang setiap tempo berjalan dengan indahnya, bak kepakan sayap malaikat mengiring penuh kasih.

Atau tentang ini..
Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Karena peluh ini sedang ingin banyak berwaktu luang dengan peluang pahala menggunung di depan mata.

Dan juga ini..
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)

Karena fondasi karena-Nya lah, setiap ikhtiar selalu tergerak demi kebermanfaatan.

Teruslah bergerak, teruslah berlelah kawan, karena waktu ini setiap detiknya akan terasa begitu berharga. Setiap nafasnya seolah menjadi paru untuk alam bernafas. Hingga tak terasa kebaikan hakiki dalam hidup pun muncul tersirat maupun tersurat setiap periodesasi waktunya.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS An Nahl [16] : 97)
 Hingga saatnya bahagia selalu membuncah di dalam dada.. Karena kita berjuang menegakkan Din-Nya..

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali ALLAH itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di Akhirat. Tidak ada perubahan bagi Kalimat-Kalimat (Janji-Janji) ALLAH. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS. Yunus : 62 - 64)

Sampai Allah tak kuasa untuk terus membanjiri hari penuh barokah...

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah SWT., tidaklah dapat kamu menghitungnya." (QS. Ibrahim, 14 : 34)

Yang juga karena waktu yang tercurah untuk senantiasa mempelajari dan mengamalkan Kalam-Nya..

"Sebaik-baiknya kamu adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)

Semoga kita senantiasa menjadi saudara seiman, seperjuangan..
"Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).

Hingga ajal menjemput kita dengan kondisi puncak amalan dan keimanan terbaik nantinya..
Aamiin ya Rabbal’alamiin... :)
18092013
09:56 P.M

Gading pun Menyambut



Sore kemarin saya ke sebuah swalayan yang cukup menjadi rujukan mahasiswa yang berdomisili di sekitar jalan Kaliurang km 5, Gading Mas. Saat itu mulai membenamkan sinar surya. Tak banyak bersapa dengan suasana di sana, hanya biasa dengan tangan yang tergerak mengambil keranjang untuk beberapa keperluan yang mulai menyusut. 

“Allahu Akbar Allahu Akbar....” sayup adzan mulai terdengar disusul dengan sahutan dari seberang yang lain.

Selepas tangan menyahut keranjang merah yang kemudian tersemat di lengan bawah, terpantik untuk menengok seorang perempuan berjilbab yang menyapa saya.

“Mbak, silakan berbuka :)” sembari menawarkan sebuah air mineral gelasan.

MasyaAllah... senyumnya, tulus nian. Menjadikan berbalas reflek senyum pula.

“Oh.. iya mbak, terima kasih.. kebetulan sedang tidak berpuasa. Nggak papa, ndak usah..” :)

Ia mengangguk dan kemudian sapaan ini berakhir dengan pemenuhan hak di amal masing-masing.
(maksudnya saya belanja dan mbaknya berbuka :D)

Adeeem rasanyaaa... saya tak meng-ekspektasikan apapun sebelumnya, bahkan hampir terlupa kalau alam, mulai dari makhluk hidup, benda mati, bahkan atmosfir pun mengagungkan bulan suci ini.

---Semenjak 2 tahun yang lalu, setelah saya di DS, Ramadhan hampir tidak jauh berbeda suasananya dengan sehari-hari. Lhoh, kok? Yang menjadi beda tentunya bertambahnya targetan amalan dan ghiroh setiap suasananya, itu pasti. Apalagi saat orientasi santri baru. Saking tersuasanakannya setiap hari sholat jamaah di masjid, targetan tilawah, bangun sholat malam, dan atmosfir Qur’an yang menghujam di jabal manapun, di kelas, di masjid, bahkan ini sudah melebihi suasana Ramadhan saat dulu saya di rumah. ---

Semenjak 2 tahun yang lalu pula, menjadi asing untuk pergi malam hari, dan seolah jadi peri. Hehe
Terlindung dan menjaga dari kejahatan malam itu menyenangkan, dan menenangkan tentunya.

Selama memilah barang (padahal cuma 2 jenis), bersitan bayangan tadi yang tervisualkan. Yang membuat senyum-senyum sendiri atas hujaman rasa syukur. Ternyata bayangkan, hanya karena SENYUM mbak-mbak yang berjilbab tadi, qadarullah SEMANGAT RAMADHAN saya bertambah. Subhanallah... jariyah banget... Bisa kan? Sedekah membawa jariyah :)

Tertangkap oleh mata saya beberapa pegawai yang berpakaian rapih dengan batik dan peci. Sekilas mencari mbak-mbak yang lain ternyata tersuasanakan dengan jilbabnya. MasyaAllah... adeeem... Hanya beberapa saja yang menjaga saat itu, barangkali yang lain berbuka atau sholat.

Allah... Gading pun ternyata menyambut :)

Dan saya tetap mengidamkan dan memvisualisasikan kedamaian...
Madaninya negeri ini, yang setiap sektor berisikan nafas islam.
Madaninya negeri ini, yang setiap harinya serasa Ramadhan.
Madaninya negeri ini, yang rakyatnya menjaga nafsu dan amarah di siangnya, dan ramai beribadah saat malam nan khusyu’nya.
Madaninya negeri ini, yang rakyatnya selalu berlomba untuk amalan sebanyak mungkin.
Madaninya negeri ini, yang siang malam menjadi ajang untuk memberantas segala kemaksiatan.
Madaninya negeri ini, yang setiap waktu dan tempat tersebar segala gudang ilmu pengetahuan.
Madaninya negeri ini, yang tertanam akhlaqul karimah pada jati diri setiap insan.
Madaninya negeri ini... madaninya negeri ini... madaninya negeri ini...
T.T
Yang terus mengharu biru dalam mimpi besar kami...
Kuatkanlah hati-hati yang terus menghujamkan ghirohnya untuk senantiasa memperbaiki diri, memperbaiki umat, berfastabiqul khairat, dan merintis bibit-bibit peradaban.
13072013
7:16 a.m
_ba’da kelas pagi_

'BONUS' Bertubi-tubi


Beberapa waktu yang lalu, tepat hari Kamis, 22 Juni 2013 adalah hari keberangkatan saya, mbak Adin dan mbak Birrul (keduanya teman sekelas saya di PSIK) ke FIK (Fakultas Ilmu Keperawatan) UI untuk mengikuti sebuah lomba.


Sepekan di tanah orang, yang tersuasanakan saat itu seolah saya berada di negeri dongeng. Yang tiba-tiba diterbangkan pada suatu situasi dan kondisi yang jauh dari prediksi. Meskipun alhasil tetap saja ada beberapa urusan yang terlewatkan di Jogja, namun lagi-lagi niat baik itu selalu terbayar dengan hadiah yang tak terekam oleh logika.

Kisahnya readers :

Pekan sebelum keberangkatan adalah masa-masa padat merekonstruksi jadwal supaya tertata. Dengan peluang amal yang ada saat itu : Ujian blok, persiapan penyambutan GAMADA, deadline PKM, dan lain hal ternyata cukup membuat saya kewalahan. Jeleknya akhirnya menjadi dalih untuk belum sempat mengerjakan persyaratan lomba (essay, karya tulis, dan lainnya). Baiknya Allah, starting ‘bonus’ yang terwujud saat itu adalah ketika ‘the power of kefefet’ memampukan jari dan otak saya bersinergi untuk mengeluarkan kekuatan super. DONE. Ngetik essay 5 halaman dalam 1 jam. The first golden acievement ! tapi saya siap dikritik habis-habisan. Hehe

The second ‘bonus’ yang lancir meluncur saat itu : Alhamdulillah, saya masih punya essay SWOT diri tahun kemarin yang cukup panjang. Tinggal di edit weakness yang mulai tertutup, dan menambah beberapa poin streght (mungkin). Dan ternyata masih banyak yang sesuai dengan kondisi sekarang. CV tinggal nambah dikit, bukti sertifikat tinggal di potret and send.
Ternyata ‘bonus2’ tadi menjadi jalan di sms panitia untuk lagi-lagi bersua di kampus perjuangan itu. 
(Saya kangen UI dan segala ruh inspirasinya di sana :’))

NEKAT. OPTIMISTIC. ACAK KONKRIT.

Dengan modal kiriman uang dari bapak yang bikin sesek (karena lagi-lagi diizinkan dengan mudahnya), KTI yang baru latar belakang 80% koheren, daftar pustaka yang belum di ketik, bab III dan IV yang belum sama sekali, dan analisis-sintesis yang masih dalam bayang-bayang untuk tersusun rapih, apalagi ppt untuk presentasi yang masih nol besar, SAYA BERANGKAT. Saudara, saya mengerjakan di kereta, di sebuah ruangan yang sempit sangat, banyak laki-laki yang mengharuskan muka saya ditebalkan, tak berani banyak ulah dan tengok kanan kiri, berjongkok ria sambil mengetik, dan akhirnya merasa harus mengistirahatkan diri karena tak terasa mulai sayu. (bagi Anda yang pernah nge-charger HP di kerete sejenis ekonomi AC Jogja-Jakarta pasti dapat membayangkan di ruang sempit itu)
“Asik ya mbak..”
“Asik apanya mas?”
“Di kereta ngerjain tugas. Asik aja.”
“Harusnya udah selesai sih”
Mungkin terkesan asik. Tapi memang ASLI ASIK :D

Sesampai di sana dengan cerita panjang, lalu mengikuti rangkaian acara dengan ‘sok tenang’ nya :p
Tes tsaqofah, tes tahfidz (yang MJJ-mak jleb jleb-), dan akhirnya saya baru bisa mengumpulkan KTI esok harinya dengan konsekwensi pengurangan nilai. Its ok :)

Then, tes wawancara. 3 interviewer : yang tahun lalu juara 1 (Hilda), dosen muda FIK, mas’ul Salam UI. Allah... T.T pengen nangis saat wawancara isu umat. Kikuk dan semua jawaban tak memuaskan. Saya berhasil mencapai goal yang saya canangkan, ‘kapasitas diri saya mulai terlihat di tangga mana dan setidaknya start dari mana’

Beliau memperkenalkan sebagai ketua SALAM UI, yang diberi kewenangan menanyakan tsaqafah keislaman yang berhubungan dengan isu umat. (udah lemes -.-)

Awal mula yang ringan dan santai, menanyakan hal yang klise, niat mengikuti lomba ini.
Same the answer before, “Untuk berlomba dalam kebaikan dan mengukur kapasitas diri. Bukan untuk sebuah label juara” dan seterusnya...

Ternyata sang kakak ini berhasil menjadi wasilah untuk saya menyadari kapasitas diri saya.
“Sejauh pengetahuan Ulfa, seberapa besar Ulfa tahu tentang isu-isu yang ada di Palestina, Suriah dan Turki?”
“Kenapa kita harus membela saudara kita yang ada di Palestina dengan masa yang sangat panjang. Isu itu sudah bertahun-tahun. Kenapa kita tetap harus membela mereka?”
“Seberapa jauh Ulfa tahu perkembangannya? Apakah sejak tahun sekian, tahun sekian, semasa zamannya nabi Muhammad, atau lebih jauh lagi, Nabi ..., tau semasa ....”
“Apa kontribusi Ulfa untuk saudara yang di Palestina selama ini?”
“Sebenarnya mereka membutuhkan apa sih dari kita? Ada yang lain mungkin?”

Pertanyaan dengan redaksi yang tidak sama persis itu bertubi-tubi menjadi cambuk yang dahsyat bagi saya. Ternyata pertanyaan dengan nada santun dan lembut itu semakin membuat tenggelam dalam kelemahan. Rabbi, semua pertanyaan yang diberikan kakak ini tidak mampu saya jawab dengan memuaskan. SAMA SEKALI TIDAK.

Usut punya usut, ternyata sama halnya dengan teman yang lain. Tapi mungkin nggak separah saya kali ya.

Di tambah lagi, yang ini..

“Kalau Ulfa tidak tahu tentang isu keumatan, apakah itu tidak bertentangan dengan motto hidup yang tadi disebutkan?
Jlebbbbb...
“Setahu saya, ketika kita ingin bermanfaat untuk orang lain salah satunya artinya kita harus tahu isu tentang saudara kita. Sehingga kita bisa bermanfaat banyak untuk umat...”

Yaaa. Pernyataan ini tidak saya sangkal sama sekali. Dengan sedikit penguatan yang lain.

“Kalau Ulfa lebih sering belajarnya tentang ilmu fiqh, (atau yang sebelumnya saya sebutkan) bukankah itu masalah ibadah pribadi?”

Tak berdalih lagi. Meskpun dengan sedikit pembelaan.

Oh Allah... akhirnya perang tertawa miris kepada diri sendiri ini finish juga. Ending permohonan maaf dari beliau atas khilaf ternyata lebih menyesakkan. Time is over. Keluar dengan gontai dan senyuman aneh.

Semua rangkaian terlewati termasuk presentasi KTI yang berbonus finish husnul khatimah dari segi tempo itu.

Untuk sebuah ukuran pengumpulan tugas essay yang terpaksa terlambat, dan KTI yang seolah harus mulai dari awal lagi (meskipun tidak semua) ketika di kereta karena dirombak ulang konsepnya oleh nasihat dosen (yang keduanya berdampak pengurangan nilai), wawancara yang apa adanya saya, perjuangan membunuh rasa pasrah dan pesimis, berusaha memegang prinsip berjuang mastatha’tum, ukuran JUARA 3 yang tersemat cukup termanifestasikan dengan senyum terbayang bahwa lagi-lagi Allah meringankan saya untuk merasakan nikmat BONUS BERTUBI-TUBI.

Karena dalam lomba Pemilihan Mahasiswa Muslim Keperawatan Teladan, menyandang juara bukanlah prestasi. Tapi bisa jadi rahmat, bisa jadi istidraj (wujud nikmat Allah yang sebenarnya menyindir atas kapasitas lemahnya amalan kita). Semoga barokah segala inspirasi dari temen-temen panitia di FIK UI. Saudara-saudariku, selalu tertinggal rindu dengan semangat dakwah dan senyuman hangat kalian setelah lepas pijakan dari kampus perjuangan. Semoga barokah, semoga istiqomah :)

#SabtuMubarak
22 : 17 p.m
29062013
_riuh packing KKN saudara se jabal_

Pasca Sarjana

"Al, lulus S1 planningnya mau lanjut kemana?"
"Oh.. aku berencara ke Madinah fa. Mau fokus Qur'an, sambil belajar banyak lagi tentang-Nya, tentang cinta-Nya.." ^^
*jlebbb ..
"T_T huaaa... terus ilmu psikologinya?"
"Oh.. kalau ilmu psikologi basicnya sebenarnya berkaitan kok fa" (ia belajar banyak korelasi dengan keislaman)
"Terus sama siapa nanti?"
"uhm.. sama mahram, InsyaAllah"
"Aamiin.. kalau misal belum ada mahram, terus?"
"Ya intinya, di sini dulu sambil menguatkan Qur'an, banyak murajaah, sambil memperkuat bahasa arab :)"


Hff.. oke al..
Sedangkan saya masih berkontemplasi panjang.
19062013
10 : 12 a.m

7 menit yang 7 Jam



Beberapa waktu yang lalu ketua PKM saya sekaligus sohib dan kakak saya sms. Ceritanya ada reporter TRANS7 ingin meliput si SAWURI (Sawut Onigiri). Entah bagaimana ceritanya ya, kami belum pernah press rilis media, tapi serdadunya si Unyil sudah jauh meng-kepo si SAWURI :D
Usut punya usut, ternyata sang reporter just browsing inovasi pangan tradisional, wal hasil taaruf sama SAWURI. :)

Fix, Senin pagi jam 09.00 WIB, @Rumah Kaca DS, kami syuting buat salah satu segmen di Si Unyil Trans7. #ada bahan buat woro-woro eksistensi sawuri di asrama. B-)

“kok bisa kok bisa?”
“Wah iya?”
“Wah keren..”
“Gimana caranya?”
è       “Kami hanya dihubungi kok” B-) :p
Atau si kecil yang di rumah..
“iya ya mbak? Wah, mbak ulfa masuk TV nih, kabar-kabar ya mbak..”
“Iya dek... -__-“
*Masuk TV yang hanya lewat lalu itu bukan suatu kebanggan sayang, mending selalu masuk perhatian Allah :)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari H tiba, 1 tim kami sambut.
Ada 1 reporter, Mbak Astri yang biasa contact’an sama kami.
1 kameramen, mas Wahyu.
1 sopir + manager anak-anak kecil, mas Gombez.
1 dalang si Unyil dan Mpok Ipeh, mas Pail (kalau nggak salah)

Kesimpulan hari Senin, 10 Juni 2013 kemarin :
Kami telah menghabiskan waktu kurang lebih dari jam 10.00-18.00 untuk di ‘cut’ ‘cut’, di ‘stop’ ‘stop’, di tegasin kameramen, dikerjain, ngetawain dan diketawain orang, bingung antara orang bercanda dan serius, ada yang izin rapat PH, izin datar, ninggalin proposal AAI, mengenyampingkan buku blok, mengundur pengerjaan essay lomba yang udah out of date, de el el.
Buat? BUAT SYUTING LAPTOP SI UNYIL -____-

Habis itu bingung mau ngapain, saking numpuknya kerjaan yang musti digarap.
Seketika itu yang teringat beberapa kalimat pesan di WA oleh shohib di DS, “Maan najjah, persiapkan yang matang tidak semua orang punya kesempatan kayak gitu fah. Sawurinya ulfah dipilih Allah dari sawuri2 yg lain.. bersyukuuur dgn membuktikan seoptimal mungkin.”
#sabil versi bijak B-) #ups

Happy ending ever after :)

Kesimpulan tambahan :
Jadi artis itu nggak enak (mungkin bagi saya pribadi), banyak waktu luang yang nggak jelas kapannya. Makanya banyak artis yang selalu update sosmed. Tapi masih banyak juga artis yang berprestasi, mungkin karena mereka pandai memanfaatkan waktu buat belajar ulangan di sela syuting.


“Mbak, tayangnya kapan?”
“September mbak..”
“Wah.. lama yak.. :D” dalam hati à udah PIMNAS. Hehe #optimis,husnudzon
“iya mbak, soalnya lagi berhenti tayang. Dan edisi Ramadhan nanti si unyil jalan-jalan ke luar negeri. Ke Mesir, dll..”
“Oh gitu...”
“Nanti tak kabari mbak kalau tayang”
“Biasanya berapa lama mbak?”
“kalau yang ini satu segmen, 7 menit mbak”
“:D :D :D”
Selama 7 jam, bray... :D
#terkontaminasi bahasa si kameramen

Tessa & Yudi : adek cilik yang bantu masak

Mas Wahyu, Kameramen yg detailll bangeettt


SAWURI n Crew
"
"Lighting bray.." :D


11062013
18 : 54 p.m
_disela terkejar deadline essay_

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..