"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Nak Sholih nan Sholihah


Barangkali ini adalah tulisan langka yang saya buat. Bercerita tentang risalah keluarga dan tumpuan harapan...

Meneropong impian besar di keluarga sederhana ini serasa sedang menjelajah pulau cinta. Terjalnya saja mengantarkan ke lembah kesabaran, seringnya sulit itu terasa sedang dalam atmosfir kasih sayang dan bahkan tangisnya seolah sedang merasakan menu keikhlasan tanpa batas :’)

Alkisah, dalam negeri visualisasi mimpi.. terputar sebuah skenario dalam angan anak sulung 3 bersaudara putri Bapak Maryono dan Ibu Amini. Mariana Ulfa, 19 tahun, 2012.  Hanya untuk kedalaman niatan, satu syurga setelah segalanya bentuk kefanaan berakhir. Satu mata air kebenaran hakiki dalam mengarungi silaunya dunia dan segala tipu dayanya.

Segala hal yang menjadi prioner atau nomor satu selalu menjadi tolok ukur sesuatu yang sama setelahnya. Menjadi seorang sulung akan menjadi tolok ukur si tengah dan si bungsu dari rahim yang sama.

Betapa manis hidayah dan taufiq ini, sampai-sampai saya begitu jeli menyulam hati dan pikiran untuk merajut tali mimpi yang terkadang bersambung setiap episodenya. Mimpi yang bertemakan cinta. Untuk pangeran dan peri kecil dalam kehidupan saya. Mereka yang setiap kali dalam do’a terbayang hanya ingin terus mengucap sholih.... sholihah ya Rabb...

Satu hal yang terpikir dalam benak saya adalah ketika di akhirat nanti, dalam setiap amal kita akan ada pertanggungjawabannya masing-masing. Bukan ayah yang menanggung apa yang dilakukan ibu, bukan pula sebaliknya. Bukan pula kakak yang menanggung perilaku yang dilakukan adek-adeknya, atau juga bukan pula sebaliknya. Lantas, artinya secinta-cintanya kita terhadap saudara, istri, suami, kakek, nenek, sahabat dan siapapun itu, artinya segalanya akan kembali pada masing-masing atas apa yang telah dilakukan. Sebesar biji dzarahpun perbuatan, terikat dalam tulisan pena dan tercatat oleh Malaikat Rakib dan Atid.

Kawan, hidup saya secara de facto tercatat dalam sejarah keberadaan di bumi tanggal 1 Ferbruari 1993, hari Senin ketika itu. (beruntungnya saya, berharap barokah, ini adalah hari dimana Nabiyullah Muhammad SAW terlahir :) ). Sebuah penantian yang panjang setelah belasan tahun Bapak dan Ibu menantikan seorang putra/i. Sungguh, tidak terbayang kesabaran beliau ketika itu. Barangkali selalu tergoreskan pena oleh ibu untuk mencurahkan isi hatinya, tersusun rapih dalam buku hariannya, atau bapak yang selalu terbayang menggendong bayi mungil ketika bertemu dengan kawan lamanya dalam reuni akbar dan ternyata kawannya telah menimang momongan. Semoga beliau termasuk hamba Allah yang dipersiapkan menjadi hamba yang lebih teguh dalam kesabaran, selamanya... Aamiin ya Rabb

Terbayangkah betapa seiring pertumbuhan dan perkembangan saya selalu terbersit skenario indah atas peran si sulung ini? Yang ada di benak ini, saya kakak, saya tumpuan, saya harapan, saya contoh dan segala hal yang mengantarkan saya pada sosok kakak yang ideal. Harapan besar dari beliau yang membuat saya mampu membuat saya bertahan sejauh ini. Sebuah penantian panjang, yang diharapkan belasan tahun lamanya. Sedangkan putra-putri teman bapak yang lain ketika itu sudah tumbuh meremaja, mendewasa dan mampu membanggakan kedua orang tuanya. Saya? Masih cupu-cupu dan belum tahu apa-apa. Lantas, bisa berbuat apa untuk beliau berdua?

Itulah yang sering muncul di benak saya ketika kecil. Sekarang? Saya baru menyadari atas peran keimanan untuk seorang muslim yang meyakini adanya qada’ dan qadar. Yah. Segala hal yang terjadi ini telah ditulis dalam lauhul mahfudz. Bahwa ulfa akan terlahir setelah kurang lebih sebelas tahun pernikahan bapak Maryono dan Ibu Amini. Dan itu adalah saat-saat terbaik bagi Allah untuk kemudian menjadi pelajaran berharga kelak suatu saat, saat ini.

Menjadi seorang kakak menjadikan saya sudah mulai menunjukkan ‘peran’nya sejak kecil, barangkali SMP ketika itu, mencoba mengarahkan adek kedua, dan menimang adek ketiga semenjak masih duduk di bangku MI (Madrasah Ibtidaiyah/setara SD).

Melihat adek, membayangkan mereka dan merenungi keberadaan saya saat ini. Hanya satu yang selalu terbayang ba’da sholat saat terbersit dalam do’a...

“Keluarga hamba ya Rabb... bapak, ibu, dek Lutfi, dek Conny... kumpulkan kami di dalam syurga-Mu kelak, kumpulkanlah kami dalam syurga-Mu... Kumpulkanlah kami di dalam syurga-Mu, ya Rahman ya Rahiim...”

Untuk adek mbak yang sholih dan sholihah.. sungguh, ini hanyalah sebersit visualisasi sampaian harap dan mimpi yang selalu ingin mbak panjatkan dalam do’a untuk pemantik mbak memberikan contoh yang lebih baik. 

Seberkas kata yang mampu terungkap untuk dek Lutfi...



Betapa kala itu kita masih kecil sering bertengkar
Tak kalah dengan laki-laki, mbak pun sering balas adu pukul ala anak kecil
Kemudian berangkulan dalam berjalan
Berboncengan ngebut dengan sepeda kecil
Berlari, mengejar, menangis, tertawa lepas dan segala hal dalam masa itu
Terasa benar sekarang itulah yang membuat ukhuwah terasa lebih dekat
Hingga satu SMP, SMA, berbagi, bercerita, bercanda dengan segala ragamnya
Menyayangi karena Allah, hanya untuk satu tujuan dalam singgasana abadi di istana syurga yang Allah janjikan

Jadi sholih ya dek, dan do’akan mbak mampu memcontohkan seoptimal mungkin. Karena sholih dan sholihah bukanlah suatu hal yang simpel. Syumul, ideal dalam segala hal menurut jati diri seorang muslim. Cita-cita dunia akhirat yang sesungguhnya.. penjabarannya tak cukup dideskripsikan jauh lebih dalam yang berber-SKS kuliah.

Hanya hati yang mampu merasakan kebenaran dan kemurniannya.

Semoga kita bukanlah termasuk orang-orang yang merugi yang memandang segala hal dalam sudut pandang duniawi saja. aamiin



Sepintas melihat folder foto di laptop. Terkembang sebuah senyum ketika adek berkumpul dengan teman-teman nan sholih di rohis. Merasa tenang... berharap suatu keitiqomahan yang terus bertambah kelak suatu saat yang menguatkan...
Tetap berkumpul dengan orang-orang sholih ya dek :')
Mbak sangat berharap kelak engkau termasuk dalam bagian pemegang panji-panji kemenangan islam kelak suatu saat... 
MasyaAllah... mimpi ini terasa begitu kering karena mbak sendiri masih harus dicelupkan dengan banyak ilmu islam yang mengakar ke akhlak untuk mendo’akan mimpi yang agung ini.
Menjadi apapun kelak dirimu, dalam profesi apapun, asalkan sholih... Mbak selalu ridho. Apalagi bapak ibu :) pilih yang Allah suka ya dek... semoga dikuatkan, sholih.. uhibuka fillah

Semanis kasih untuk dek Conny tersayang...
Allah... :’)
*sudah sesak dan berkaca duluan sebelum menulis
Dek... sholihah yah...^^


Rasanya 9 tahun yang lalu mbak masih melihat dek Conny dalam gendongan dan ngompol pagi hari di pangkuan mbak. Atau ketika itu mbak masih ingat menemani adek bobo dalam kurungan anti nyamuk. Hehe :)
Mbak tahu kerinduan dek Conny setiap kali bertemu mbak lho.. Tapi nggak mampu mengungkapkan.. hehe.lucu.. cukup senyum tersipu dan kemudian sering nempel mendekati mbak ketika di rumah.. 

Banyak pembelajaran lewat adek untuk mbak mempersiapkan diri menjadi seorang ibu dek J semoga usianya barokah selamanya yah... pengen ketemu adek di syurga... T.T
Tapi bedanya nanti kita udah nggak panggil mbak sama adek kali ya.. karena kita akan sama-sama jelita dan mudanya. Hehe
Adek, mbak ingin dek Conny jauh lebih baik dari mbak yang lebih mampu bertahan di dalam kerasnya tantangan zaman nantinya. Mbak ingin adek lebih siap dan lebih matang kelak.. lebih jernih hatinya dalam mengarungi hidup nanti. Jauh dari penyakit hati dan dimudahkan dalam beramal baik sebanyak-banyaknya...

Dek, maafin mbak ya, ketika mbak belumlah bijak dalam bersikap sebagai seorang kakak tauladan yang baik. Atau masih banyak kurang sabarnya menyikapi berbagai pertanyaan-pertanyaan. Atau mungkin tidak sengaja menuntut adek...
Semoga kelak mbak ulfa dan dek conny bisa murojaah Qur’an bareng di syurga. Nanti disana juga ada mas lutfi, bapak sama ibu... :’)
Nanti kita kumpul bareng ya disana isyaAllah.. tapi ada syaratnya dek. Kita harus sama-sama cari banyak pahala yah. Nggak boleh males sholat, rajin ngaji, banyak do’ain bapak ibu, tidak neko-neko, rajin belajar dan berbuat baik untuk teman-teman. :)

MasyaAllah.. si kecil ini kelak juga akan menjadi seorang peri bagi anak-anaknya. Yang sudah semestinya dikondisikan semasa kecilnya. Do’akan mbak kuat memberi tauladan ya dek :)
Sehingga tokoh terdekat yang adek lihat mampu memberikan gambaran menjadi apa adek ke depannya.. Kelak adek akan menjadi orang yang tangguh di zamannya dengan nafas islam. Ambil yang baik-baik dari mbak ulfa, buang jauh-jauh yang tidak baik. Karena pasti suatu saat adek akan menemukan orang yang jauh lebih baik dari mbak. Sehingga kelak dek Conny mampu memilah apa yang harus dicontoh dari orang lain lewat kebaikan-kebaikan yang diajarkan kepada kita...
Bismillah, mbak belum sanggup banyak mendampingi dek. Tapi insyaAllah selalu mendo’akan adek... Sholihah dek Conny...^^

-Malam yang lembab dengan suapan nasi padang-
-Pagi nan syahdunya Al Muzzammil Muhammad Thaha Rumah Cahaya-
JT 2
08:03 a.m
25/11/2012

 

0 komentar:

Posting Komentar

Seberkas feedback semoga menjadi amal :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..