"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Pagi yang Hangat

Pagi ini hangat, sangat hangat.

Sangat terekam ketika itu, beberapa tahun silam.
Saat pagi begitu riuh dengan suara sana-sini. Sebelas dua belas dengan suasana adek-adek putra-putri umi yang kecil.

Bedanya mungkin di konflik dalam kasusnya.

Beberapa tahun yang telah lampau, saat yang satu ngantri kamar mandi dan nggak ada yang mau mengalah. Satunya lagi menyegerakan supaya nggak telat berangkat sekolah. Satu lagi dengan kata klisenya, “sudah berulang kali dikasih tahu, diulang lagi, di ulang lagi..”

Riweuh. Gedebag. Gedebug.

Ah.. ya Rabb.. ya Rabb..

Pagi ini, Allah dengan perantara waktu, alam, dan segala kehidupan yang dengan prosesnya kami lalui, menegaskan bahwa, segala hal ada masanya.

Saat dimana pagi ini begitu hangat, duduk membicarakan beberapa hal dengan babe selepas tilawah di ruang tamu, berbagi tugas dengan ibu, mencanangkan strategi ke depan, dan ternyata kamipun berada dalam lini yang sama. Menguatkan bawa negeri ini butuh renovasi dalam jiwa generasinya. Sebelum sistem terlanjur meremukredamkan cita-cita besar kemajuan. Pendidikan agama, sejak dini yang mengeruh dalam sanubari, kemudian terhujam dalam moral pelaku arah gerak bangsa.

Keluarga ini hangat, sangat hangat.

Saat kemudian terdengar damai lantunan bacaan Al Qur’an Muri Q* yang selalu terputar di sela istirahat di sekolah sebelah, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, yang dulu menjadi samudra ilmu yang sarat makna sewaktu kecil dulu. Terhitung sepuluhan lebih tahun silam.

Hingga aku tak sanggup lagi bertutur, kecuali.. “Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadziibaan..”

Rabbi auzi’nii an asykura ni’matakallatii an’amta ‘alallya wa’alaa wa lidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa ashlihlii fii dzurriyyatii innii tubdu ilaika wa innii minal muslimiin..

“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertaubat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (Al Ahqaf (46) : 15)

Baiti jannati :)
07 : 13 a.m
03022014

* Muri Q adalah sebuah terobosan pembelajaran membaca Al Qur’an dengan irama yang dibuat oleh Ustadz Muhammad Dzikron Al Hafidz (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Ibdaurrahman Surakarta). Irama Al Qur’an ini yang kemudian sering di putar di sekolah adek saya, mantan sekolah saya dulu dan akhirnya cukup membuat para siswa-siswi MI ternuansa dengan tartil Al Qur’an di sela istirahatnya. Bahkan ketika di waktu luang pun, sesekali terdengar spontanitas melafadzkan sesuai dengan iramanya. Subhanallah.. semoga menjadi amal bagi beliau yang menggagas :)

Just information,
Dulu ketika zaman saya bersekolah di sini belum ada, bahkan saat sekolah di MI dulu gedungnya memprihatinkan. Pernah sesekali orang tua teman saya melarang putrinya untuk TPA sore hari yang saat itu hujan deras. Alasannya.. "takut bangunannya roboh" masyaa Allah..

Alhamdulillah sekarang sudah dirombak total semenjak beberapa tahun yang lalu. Tetap dengan kesederhanaannya, tidak lebih dari bangunan sekolah kota di kabupaten, atau bahkan di tingkat desa. Tidak lebih bagus, karena sekolah ini memang terletak di sebuah Dukuh. Dukuh Tanjung, Desa Bakalan, yang tidak banyak orang yang mengenalnya. Bahkan, saya pun termasuk orang yang bisa disebut orang desa di saat berada di ranah kabupaten.


  

     Belakangan, saya menyadari, sangat bersyukur dan bahkan tidak ada rasa kecil hati sedikitpun, ketika harus mengatakan saya dulu bersekolah di MI Muhammadiyyah Tanjung, yang bukan sekolah taraf anak kota, yang saat itu siswa di kelas saya awalanya 13 orang dan yang bertahan sampai kelas 6 hanya 11 orang. Perhatikan, 11 orang kawan, karena 1 orang berpindah ke daerah lain dan 1 lagi tidak naik kelas di tengah perjalanan pendidikan ketika itu. 

Saya ingat, Bapak selalu mengatakan kepada masyarakat ketika memberikan sambutan entah di pengajian akbar atau di forum lainnya, untuk tetap menyekolahkan putra-putrinya di MI saat itu. Bapak benar-benar menegaskan bahwa pendidikan agama itu mutlak pentingnya bagi anak semenjak kecil. Biasanya diperkuat dengan beberapa prestasi beberapa muridnya ketika itu yang tak kalah dengan SD Negeri.

Sekali lagi, sekarang saya benar-benar menyadari. Bahwa, iya. Benar-benar bekal yang saya miliki saat bersekolah di MI lah yang justru mengantarkan saya hingga sekarang (masih baru seperti ini memang). Ilmu-ilmu yang mengajarkan tentang Baca Tulis Al Qur'an, yang saat kelas 4 dulu saya pernah dapat nilai 4, camkan, nilai 4 kawan. Karena benar-benar kesulitan menghafal belasan hukum mad, macam hurufnya, panjang bacaannya, entah mad wajib mutsaqal kalimi, mad iwad, mad harfi, mad silah thawilah, silah khasirah, dan lain sebagainya itu. Tapi justru itu, justru itu yang ternyata ketika keluar dari MI membekas di hati saya karena setidaknya telah mencicipi manisnya belajar ilmu agama. Rasa-rasanya pun selalu rindu untuk terus tahu lebih banyak di sela keterbatasan pelajaran agama ketika di SMP dan SMA Negeri. Belum lagi pelajaran fiqh, sejarah kebudayaan islam, al qur'an hadits, bahasa arab, dan lainnya lagi yang masih membekas hingga sekarang. Alhamdulillah positifnya terbawa pada semangat saya di pelajaran dan ulangan agama sewaktu SMP dan SMA (meskipun SMA sedikit tereduksi karena tidak terdukung dengan situasi pembelajaran yang kurang kondusif *seringKosong.red).

Ah, saat itu.. yang saya hanya terus bisa merindu, dan mengejar ketertinggalan selama sekian tahun dengan mereka yang terus menggeluti ilmu manis ini. Yang saya hanya mampu untuk memotivasi adek saya dan kelak mempersiapkan anak saya untuk bekal yang lebih baik dari saya. jauh lebih baik, jauh lebih sholih dan sholihah, jauh lebih dicintai Allah, jauh lebih bermanfaat dengan ilmunya, jauh lebih arif, lebih berakhlak mulia, lebih segalanya yang lebih membuat keridhoaan Allah melekat pada setiap tingkah laku kita.

   
    Tadi malam saya sempat memperlihatkan video profil Insan Cendekia Serpong ke adek saya yang kelas 5 SD. Alhamdulillah a little interest sudah tergambar. Semoga Allah ridho dengan yang kita ikhtiarkan untuk mencetak generasi sholih-sholihah di masa depan.. :) 

Betapa antusiasnya saya ketika tadi malam saya mendengarkan langsung, live dari tutur kata adek saya, melafadzkan hadits tentang taqwa dan diingatkan tentang hadits menyantuni anak yatim. Benar-benar seolah sedang mendengarkan ustadzah menyerukan hadits dan artinya dengan semangat membara. 

Ya Rabb.. kuatkan kami untuk senantiasa mencintai-Mu.. lebih dari semesta apapun ilusi di dunia ini... :')

MI Muhammadiyah Tanjung
it's mean, how close that school from my home :)

0 komentar:

Posting Komentar

Seberkas feedback semoga menjadi amal :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..