"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Bingkisan Mungil untuk Adek Akselerasi

A’udzubillahiminassyaithaanirrajiim..

Bismillahirrahmaanirrahiiim..

Dengan mengharap keridhaan Allah...

Saya ingin mempersembahkan sedikit bingkisan mungil untuk adek-adekku Akselerasi yang dirahmati Allah.. ;)


Berawal dari sebuah pertemuan hari Jum’at, 17 Agustus 2012 kemarin, ritual tahunan yang kita laksanakan, sungguh... Mbak bergetar waktu itu...

Mungkin beberapa diantara kalian telah membaca postingan komentar di FB dari mbak.

Kemarin saya tergetar mendengar petuah umi luwes. Jangan2 banyak orang sukses yang hanya untuk dirinya berawal dari hal sekecil itu..
Semoga kita dikuatkan untuk menebar kebermanfaatan. Aamiin..
Besok2 buat acara sharing motivasi ya, yg udah kuliah oke, udah exchange, yg udah S2, yang lulus cumlaude, yang menang lomba2, biar ketahuan baunya.. Sayang kalau dilewatkan. Kami masih butuh itu juga..^^ Kali aja bisa mengantarkan ke sukses2 yg lain. Setidaknya jadi perantara kebaikan.. :)


        Adek, sungguh... Benar-benar bergetar jiwa ini... Bagaimana tidak? Barangkali, seingat mbak sudah sekitar 5 kali.. sejak masuk aksel tahun 2008 dan sekarang 2012 mbak mengikuti ritual rutin yang mempertemukan kakak aksel, adek aksel... dan bahkan sudah punya 4 tingkat adek sekarang. Adek yang sekarang juga tengah merasakan apa yang dulu mbak rasakan. Setidaknya sudah mbak lewati rasa yang berkecamuk di akselerasi dan labeling ‘aneh’ itu. Ya, aneh... kita ‘dianggap’ pintar, kita di tuntut untuk memahami semua pelajaran padahal juga dipacu oleh waktu, dituntut untuk lebih dari yang punya waktu lebih longgar, padahal kita punya keterbatasan.

Itu dulu... istilah labeling ‘aneh’ sekarang tidak berlaku lagi kok dek.. Karena memang kalian sudah dipersiapkan sebagai orang-orang yang lebih tahan banting di kemudian hari. Allah mempercayai kalian di akselerasi.. :)


       Baik, kembali ke awal mula kesadaran mbak. Kalau kalian mau flash back lagi... apa yang sempat membuat mbak tertegun, berkecamuk dan bergetar jiwa ini... Ini mbak cuplikkan prakata dari Umi Luwes, yang sebelumnya mbak sempat terkagum-kagum dengan beliau... Betapa hebatnya seorang Umi Luwes yang begitu mengenal karakteristik dari setiap angkatan. Kalau bukan karena cinta, nggak ada yang bisa seperti itu dek... Dan karena mbak merasakan kecintaan dan ketulusan beliau, setiap kata-kata beliaupun serasa Ibu sendiri yang begitu merasuk setiap nasihatnya...

Intisari yang terngiang ini...


“....Ketika saya datang kesini, ada adek kelas kalian yang datang menghampiri saya. Dengarkan... ada adek kelas kalian mendatangi saya. Buat apa saya datang ke sini? Sedangkan saya tidak kenal satu sama lain? Seperti saya juga... seolah-olah saya merasakan kesepian dalam keramaian. Ibu dan bapak guru yang di depan juga merasakan... Jadi apa gunanya kalian berkumpul di sini kalau kesuksesan kalian tidak bisa kalian tularkan ke adek-adek kalian... Entah bagaimana caranya, yang pakai baju putih abu-abu ini nanti ada di antara kalian. Mereka butuh motivasi dan semangat kalian... “

Oh Allah... T.T kemana saja saya ini?

Bukankah saya pernah merasakan seperti mereka? Betapa egoisnya kamu fa... Apa guna moto hidup yang biasa kamu gaungkan... “khoirunnas anfa’uhum linnas”... mulai dari mana kebermanfaatanmu???

Kalau hanya sekedar orang yang hanya sejengkal dihadapanmu saja tidak merasakan kebermanfaatan atas keberadaanmu...?

Okey... Jleb... Tertampar lagi. Ini sisi kelemahan lain yang harus di upgrade !


          Adekku... Aksel angkatan 6,7,8, dan 9... Ini kakakmu, bukan orang lain. Mulai saat ini, mungkin mbak mewakili dari segenap kakak aksel dari angkatang 1-5... yang benar-benar menyanggupi dengan sepenuhnya dan dari hati yang paling dalam.. Tulus ikhlas menganggap kalian adalah adek kami sendiri. Dan kami adalah kakak bagi kalian, kakak yang diikatkan dengan pertalian cinta karena Allah, karena ikatannya bahkan akan melebihi kekuatannya dari ikatan darah.

Satu yang terngiang di benak mbak dari ustadz Yusuf Mansyur. Beliau berkata yang intinya, sangat pantas seorang orang tua menyayangi dan mencintai anaknya. Tapi yang lebih hebat, jika kita bisa menyayangi anak orang lain seperti menyayangi anak kita sendiri. Dan ini sudah dicontohkan oleh sahabat Nabi, oleh Umar kalau tidak salah (mbak lupa).


        Mbak belajar menyayangi dengan sepenuh hati seorang adek dari kalian... Adek yang dipertemukan Allah melalui jihad menuntut ilmu. Mbak menyayangi adek kandung mbak sendiri dengan sepenuh hati... sayaaang... banget sama adek mbak. Dan itu mbak tunjukkan dengan sikap, tulisan serta perkataan... Tapi mbak belum hebat ketika mbak belum bisa menyayangi kalian...^^

Adek... boleh banget cerita sama mbak-mbak dan mas-mas di sini... di manapun lah berada... Tentang apa pun, curhat boleh ^^


       Ini harus mbak ungkapkan karena biar ada keterbukaan antara kita. Kan cinta harus diungkapkan ;) seperti Rasulullah kepada sahabatnya..^^

Ana uhibukum fillah- Aku mencintaimu karena Allah :)


Ini kado pertama buat adek-adek akselku.. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membuka bingkisan mungil ini dengan seksama. Semoga menjadi pembuka hati kita. Dan minimal ada 1, 2 atau banyak yang dikembangkan dan dipetik hikmahnya. Aamiin :)

 Tunggu kejutan bingkisan yang lainnya ya...^^

23/8/2012

23 : 26 p.m

1 komentar:

fajar mengatakan...

aku punya link juga tentang topik yang kamu bahas, kamu bisa kunjungi aku di
http://repository.gunadarma.ac.id80/bitstream/123456789/1370/1/51407026.pdf

Posting Komentar

Seberkas feedback semoga menjadi amal :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..