"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"
_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum
"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)
Akhwat Panci
undefined
undefined
“Akhwat panci..!”
“haa??? (mengerutkan dahi,
menatap serius) maksudnya???”
“Iya, panci kan tahan banting.
Sekaligus tahan air..”
“hahaha... (kena banget sama ni
sindiran) :D”
Baru kali ini denger ada istilah
akhwat panci. Mungkin seresonansi dengan keberadaan tubuh ini. Tahan banting
dalam artian memang sering kebanting-banting di jalan dan tahan air karena merasa
aman dari keberadaan hujan. Astaghfirullah.. tapi saya sayang dengan diri saya
sendiri. Sebelum saya akan banyak menyayangi jasad orang lain. :)
Jazakumullah atas pengorbanan
waktu dua orang yang tepat membantu saya dengan ‘keheningan’ nya. Semoga bisa
saling berbagi kisah nanti ketika bersua di syurga-Nya :’)
Pasca Syuro PSB DS
23 : 28 p.m
Senin, 22042013
source link
23.33 | Label : Curhat, Terima Kasih | 0 Comments
Cantikmu, Pahalamu :)
undefined
undefined
“Kecantikan itu ada dua. Yang
pertama cantik yang ketika orang memandang membuat makhluk lain berkeinginan
yang tak semestinya. Yang kedua cantik yang ketika memandangnya mengingatkan
kita kepada Allah.”
Kita yang mana?
Suatu ketika ada seorang jamaah
bertanya kepada seorang ustadz.
“Wanita yang berprestasi itu
seperti apa?”
Sebuah jawaban yang membanting
pola pikir kacau balau yang mendarah daging di benak para penginjak bumi Allah
pada umumnya.
“Bagi saya, wanita yang
berprestasi adalah wanita yang hanya
suaminya lah satu-satunya yang pernah mengungkapkan sayang kepadanya setelah menikah. Dan tidak ada yang lain. Karena ia
telah sanggup membuat dirinya tidak mengundang seorang lelaki tertarik dan
mengungkapkan hal yang tidak dihalalkan (persepsi saya, sama artinya membuat
orang lain berpeluang berbuat dosa). Laki-laki yang menge’tag’ wanita atau
meminta untuk ditunggu artinya sama hal nya dengan berkata, ‘aku bernafsu padamu’..”
Na’udzubillahimindzalik...
Mari merenung, berefleksi
diri, mari perkuat Qur’an, mari bersemangat menimba ilmu, mari lebih banyak
berpikir sebelum bertindak, dan mari mendekat dan terus merapat dengan-Nya
untuk senantiasa dikuatkan.
Ini hanya sekedar menumpahkan diskusi
ringan nasihat ustadz dari dua asrama akhwat yang berbeda, di sisi Taman Medika
tempo hari. Yang menyadarkan saya bahwa justru saat ini di benak ini masih
dipenuhi dengan urusan-urusan jangka pendek. Entah ungkapan, “Masih ingin banyak
berkarya, masih ingin belajar membina banyak mutiara, masih ingin menopang bahu
lembut adek-adek, masih ingin belajar banyak ilmu, masih ingin banyak ngafalin
dulu, masih ingin meringankan beban Ayah untuk adek, masih ingin berbuat banyak
buat yang di rumah, masih ingin hal banyak yang belum mensyaratkan kapasitas
ideal seorang muslimah.”
Di tambah lagi justru rasa-rasa risih
dan males membahas tentang itu sering kali termunculkan karena terbiasa
dengan suasana yang membentengi menelisik masalah ini lebih dalam. Karena
kecenderungan yang biasa muncul lebih ke arah superfisial ikatan, bukan makna
seutuhnya yang mendalami ke arah pembinaan di lingkup madrasah terkecil. Tidak
salah kan, toh juga nanti Allah menumpahkan kebahagiaan tiada tara di
penghujungnya. Menikmati proses menguras kotornya hati dan berpentas di
panggung biah sholihah rasanya lebih menarik untuk dinikmati. Yang jelas PR
kita masih banyak, beresin dulu lah urusan kita, penuhi dulu kewajiban kita, telisik
lagi list-list hak sekitar yang belum terpenuhi dan segera berbenah.
Kemudian sekelumit tadi membuat
saya lebih terlintas kata ‘bodho amat’ sama hal-hal yang beresonansi dengan hal
itu. Atau bahkan sedikit banyak menunjukkan afek acuh yang berhubungan dengan setiap
sikap diri. Karena idealisme di titik dalam yang terungkap terekam ‘cukup berbuat yang terbaik untuk Allah,
jaga diri, jaga hati, ingat Allah, dan lupakan apa yang akan terjadi pasca
skenario telah terputar di pentas ini.'
Yang jelas justru kali ini saya
malah diingatkan untuk kembali memfokuskan penjagaan tentang hal itu. Yang
akhir-akhir ini justru enggan melirik masalah koridor. Karena saya lebih
tertarik membahas mengenai pembinaan calon penghuni rahim. Fokus ini membuat
saya menafikkan hal yang memang itu bukan ranah saya.
Awalnya saya hanya sering iseng
membentengi sohib-sohib saya yang ‘enticing’ alias ‘nice-looking’. Yang lebih
cantik pake slayer atau pakai pakaian yang tak membuat silau. Dan bahkan iseng
nyaranin buat cepet nikah dengan dalih kasihan. Tapi kalau di pikir saya
kasihan juga ya, sedangkan sekarang anginnya lebih kencang berhembus dari
segala sumber. Bersyukurnya, DS selalu mampu menjadi humus dan pupuk yang terus
mengokohkan akar-akar pohon dalam proses tumbuh kembangnya. Banyak guru, banyak
alarm, banyak benteng, banyak tongkat buat mukul diri sendiri saat lalai atau
bandel dari marka jalan.
Semoga Allah menjaga kita, dengan
penjagaan-Nya yang tak pernah runtuh dari kasih sayang. Semoga hati kita tetap
murni dengan rasa cinta terhadap-Nya yang menciutkan rasa-rasa aneh yang
kadarnya cukup sepele dan memalukan untuk ukuran hamba yang dhaif ini.
Jadikan cantikmu sebagai pahalamu
yang tiada habisnya, hingga Allah mengizinkan engkau dengan lapang hati secara
halal mempersembahkan dengan rasa syukur karunia keindahan yang Ia berikan
untukmu :)
Ma’annajah ukhty, semoga barokah
cantiknya. Jadikan cantik berpahala, jadikan aktivitas menjadi penguat iman.
Cantikmu, pahalamu dengan cara penjagaanmu.
Selamat dan semangat berjuang,
dimanapun berada, di bumi Allah yang hangat dengan Rahman dan Rahim-Nya :)
_Atas nama ukhuwah yang tertegur
untuk saling bercermin_
Kamis Mubarak, 180412013
11 : 05 a.m
picture here
11.27 | Label : dakwah, muhasabah, muslimah, Proud of Islam, refleksi diri, Share | 0 Comments
Belajar dari Sang Dosen Hello Kitty
undefined
undefined
Perawakannya tinggi, modis,
rambut yang bermodel unik menandakan ke khasan tersendiri kepribadian pemiliknya.
Baju cerah penuh warna dan dominasi pink terbersit dalam pikiran saya bahwa dosen
ini sanguinis.
“Ha? Hello Kitty?” Sekilas
mendengar celetukan teman sebelah kanan saya.
Aji mumpung saya duduk di bangku
depan, sejurus kemudian pandangan saya tertuju pada alas kaki alias sepatu
hitam bagian belakang beliau.
Subhanallah, nuansa pink Hello
Kitty menghiasi sepatu Dosen saya yang saya perkirakan berusia 40 tahunan ini.
:D
Tak terelakkan pandangan saya
kemudian tertuju pada tas laptop yang dibawanya, DORAEMON. :D Tersematkan dua
cincin di jarinya, salah satunya sejauh pandangan saya, bentuknya Hello Kitty dan
cukup besar terlihat. Beberapa pernak-pernik keperluan mengajarnya saya lihat
begitu penuh nuansa Hello Kitty. Masya Allah.. :)
Apa yang berada di pikiran Anda
sekalian?
Salam, prolog dan beberapa
pengantar kuliah telah mengalir. Saya begitu enjoy menikmatinya. Subhanallah, materi
tentang Keperawatan Jiwa akhir-akhir ini memang sempat mencuri hati saya.
Di sela perkuliahan beliau mengungkapkan bahwa, “Saya penyuka Hello Kitty (Beliau pun mempunyai banyak pernak-pernik Hello Kitty). Anda tahu kenapa saya suka dengan Hello Kitty? Karena Hello Kitty itu tidak punya mulut. (Lalu?) Itu menandakan bahwa dalam hidup kita ini kita cenderung dituntut untuk lebih sedikit berbicara. Saya ingin seperti Hello Kitty, saya ingin banyak mendengar daripada berbicara. Karena itulah peran kita sebagai konselor atau menjadi psikiatri, kita dituntut untuk lebih banyak mendengarkan pasien.”
Subhanallah subhanallah...
-Redaksinya tidak sama persis,
ini perkuliahan beberapa pekan yang lalu.-
Inilah hikmahnya kenapa kita
harus selalu khusnudzan ketika bertemu dengan orang dimanapun, siapapun dan
dalam keadaan bagaimanapun. Bisa dibayangkan ketika guru kita menunjukkan
karakter sejatinya diluar ekspektasi sebelumnya. Tidak semua orang mampu
merefleksikannya cukup sebagai karakter atau kepribadian seseorang tertentu
saja dan malah kemudian memandang sinis.
Dengan tetap menatap tulus beliau
dalam mengajar justru saya belajar banyak hal yang membangkitkan energi. Apa
adanya beliau, ketulusan, ikhlas, semangat, keramahan, dan segala hal keterbukaan
dalam membuka wawasan positif ini tidak semua orang mampu mengoptimalkan
sebagai inspirasi bagi orang lain. Walhasil, atas bantuan beliau juga tulisan
yang belum sempat terkoreksi itu terselesaikan. :)
Semoga dimudahkan dalam segala
urusannya dr. Charla :)
Semoga terus dapat menginspirasi
dengan keikhlasan tanpa batas ^^
Selasa, 16042013
23 : 26 p.m
Gambar from here
00.31 | Label : PSIK, Share | 1 Comments
Biah Sholihah #4
undefined
undefined
1 missed call
Pagi itu Pak Puji (Dosen
Keperawatan Jiwa) telah memasuki ruangan lebih awal dari separuh mahasiswa yang
lain dan bersiap memberikan perkuliahan.
PD ***** calling
(ayas tumben pag-pagi telfon,
kenapa ya?)
Bersiap keluar kelas dan
mengangkat telfon.
“Assalamu’alaykum...”
“Wa’alaykumussalam...”
“Kenapa Ras?”
“Ulfa dimana sekarang?”
“Di kampus Ras, kenapa?”
“Oh, Ulfa di lantai berapa?”
“Di lantai 3 Ras..”
“Di lantai 3 Ras..”
“Uhm.. aku kesana ya?”
“Oh, ya, ini juga baru mau masuk kok...”
“Oh, ya, ini juga baru mau masuk kok...”
“Uhm.. gimana kalau ketemu di
lantai 2 aja fa? Hehe”
“Oke2, nggak papa Ras..”
Telfon tertutup, tapi saya belum
melihat beliau di lantai 2. Sepertinya lebih ahsan kalau saya ke lantai 1 dan
menunggu di loby Gedung Ismangoen untuk memudahkan beliau, karena berbeda
prodi. Sembari di pikiran saya terbersit, biasanya mau ngasih sesuatu, namun
belum terprediksi dalam benak saya –biasanya undangan. Hehe-
Dari kejauhan, di balik Masjid
Ibnu Sina terlihat beliau bersegera untuk menemui saya.
![]() |
Gedung Ismangoen PSIK dan Saksi nuansa Ukhuwah :) |
“:) Assalamu’alaykum.. Kenapa
Ras?”
“:) Wa’alaykumussalam... iya tadi
ketemu Ulfa mau ngasih tapi nggak ke kejar. Tadi naik kan ke ibsin? Pas selesai sholat nggak sempet karena Ulfa
udah pergi.”
“Iya :) kenapa kah?”
(tampak menyembunyikan sesuatu di
belakang)
“Mau ngasih ini fa.. :)”
“Apaan nih Ras? :D”
“Ini aku masakin buat Ulfa...
lagi nggak shaum kan? :D”
“MasyaAllah... enggak, apaan nih?
:D”
“ :)”
“Jazakillah khair, makasih ya
Ras... :D”
“iya.. :)”
Terpisah untuk kembali terfokus
menunaikan amanah orang tua.
Dari mereka saya belajar berbagi.
Dari mereka saya belajar membahagiakan orang lain. Dari mereka saya menyadari
level kebermanfaatan saya. Dari mereka saya belajar merekahkan senyum orang-orang
terdekat saya.
Tahu aja nih sholihah, pas
tipis-tipisnya dompet :p
![]() |
Subhanallah, masaknya niat banget. Mulai dari bawang bombai, buncis, wortel, makaroni, jagung, telur setengah mateng dan pedas merica yang tak ada duanya, khas kakak ayas banget :) |
Rumah Cahaya
Riuh Jetsu 1 dalam suapan Mie
tahu :D
Selasa, 16042013
22 : 52 p.m
00.20 | Label : Biah Sholihah, ukhuwah | 0 Comments
Refleksi Prioritas
undefined
undefined
![]() |
“Masalah prioritas itu memang kita butuh ilmu. Ilmu tentang fiqh
aulawiyat. Sehingga setiap keputusannya merupakan prioritas yang tepat untuk
kita utamakan. Akan tetapi terkadang memang ada kalanya kita belum cukup ilmu
untuk menentukan mana yang harus diutamakan. Untuk memilih yang baik di antara
yang baik. Oleh karena itu menjadi penting bagi kita meminta bimbingan Allah
untuk memutuskan suatu hal yang baik mana yang harus kita pilih diutamakan.
Sehingga keputusannya memang yang terbaik untuk Allah. Saat kita benar-benar
tidak mengetahui mana di antara yang baik yang harus di dahulukan, maka
mintalah petunjuk Allah untuk jalan yang terbaik...”
Nasihat Ustadz Riyadhus Shalihin
ketika itu masih terngiang malam ini. Sepanjang perjalanan dari masjid Al Karim
setelah membaca kutipan membangkitkan pusat kesadaran di gadget ini. Oh
Allah... mungkin seketika itu hamba sedang tak penuh kesadaran untuk lebih
ekstra memompa tenaga dalam mengefektivitaskan waktu, atau hamba terlalu lemah
dalam memenuhi hak semua makhluk-Mu, atau setiap raga ini memang ada
keterbatasan.
Hari ini begitu terasa setiap
nafas penghargaan untuk orang lain. Penghargaan keberadaan setiap makhluk
sekeliling Ulfa. Berusaha belajar kembali memenuhi setiap kewajiban terhadap
saudara. Memenuhi setiap haknya, menghargai waktunya, menempa kembali dalam
tarbiyah diri atas muamalat yang begitu berharga, semata-mata mendamaikan
parameter keimanan. Ruh-ruh terhujamkan dalam berbagai cabang pikiran yang
terdistorsi sementara, terkalutkan, dan perlahan terkadang memudar, bangkit
lagi, berelevasi dan cukup menjadi bahan ajaib berkontemplasi dalam keheningan
syahdu dan merindu dengan-Nya.
Maraton, lalu merasa berdosa jika
mata terpejam dalam siang yang berseling barokah di setiap sudutnya. Peluang
jihad, lagi, peluang amal, lagi, peluang aliran murni sungai pahala syurgawi...
Kali ini terfilmkan wajah sang pendewasa kehidupan yang di rumah. Allah... Yang
menjadikan tak layak raga ini terpaksa tersungkur dalam satu kata dalih ‘lelah’.
Terlebih hamba yang dhaif ini belumlah cukup mampu mengungkapkan seribu alasan
untuk pantas berucap kata antipati ini.
Terkadang dalam segala hal yang
telah direkonstruksikan demi kebaikan. Segala bentuk prioritas yang tertata
untuk pemenuhan hak-hak pribadi dan orang lain, masih ada kemungkinan dzalim
yang tak tersengaja. Khusnudzannya, ini masalah tempaan dari Al Hakim yang
menuntun saya menjadi lebih adil atas semua makhluk. Yang masih saja timpang
barangkali untuk sekedar mana yang disebut optimal kapasitas pribadi dan ‘kelelahan
ruh’ yang termanifestasi pada optimalisasi ikhtiar jasad.
Rabbighfirli, Rabbighfirli...
Ihdinasshiraatal mustaqiim,
ihdinasshiraatal mustaqiim...
Semoga Allah mengampuni saya :’)
Menata, meniti, mengendapkan
Jetsu 1 Rumah Cahaya
Selasa, 16042013
22 : 11 p.m
gambar from here
gambar from here
23.55 | Label : refleksi diri, Share | 0 Comments
Langganan:
Postingan (Atom)
- Akselerasi Punya Cerita
- amanah
- Anugerah
- Berbagi
- Biah Sholihah
- cerita cinta
- cinta
- Curhat
- dakwah
- dreams
- DS
- Dunia Akselku
- GC
- hikmah
- inspiring
- keluarga
- Mata Cahaya
- MSC
- muhasabah
- muslimah
- Ners Muda
- Proud of Islam
- PSIK
- QA
- quotes
- refleksi diri
- Romance
- Sepenggal Kisah
- Share
- spontan pikir
- Syair
- syukur
- Terima Kasih
- ukhuwah
Catatanku Hari Ini
-
►
2018
(1)
- ► April 2018 (1)
-
►
2016
(10)
- ► Oktober 2016 (2)
- ► Februari 2016 (4)
- ► Januari 2016 (3)
-
►
2015
(11)
- ► Desember 2015 (7)
- ► November 2015 (1)
- ► September 2015 (2)
- ► Januari 2015 (1)
-
►
2014
(38)
- ► Desember 2014 (1)
- ► November 2014 (3)
- ► Oktober 2014 (2)
- ► September 2014 (3)
- ► Agustus 2014 (2)
- ► April 2014 (1)
- ► Maret 2014 (2)
- ► Februari 2014 (12)
- ► Januari 2014 (6)
-
▼
2013
(56)
- ► Desember 2013 (3)
- ► November 2013 (2)
- ► Oktober 2013 (4)
- ► September 2013 (2)
- ▼ April 2013 (9)
- ► Maret 2013 (10)
- ► Februari 2013 (11)
-
►
2012
(28)
- ► Desember 2012 (2)
- ► November 2012 (3)
- ► September 2012 (3)
- ► Agustus 2012 (5)
- ► April 2012 (3)
- ► Maret 2012 (1)
- ► Februari 2012 (4)
- ► Januari 2012 (6)
-
►
2011
(4)
- ► September 2011 (1)
- ► Maret 2011 (2)
-
►
2010
(2)
- ► September 2010 (1)
- ► Februari 2010 (1)
-
►
2009
(10)
- ► Desember 2009 (1)
- ► Oktober 2009 (4)
- ► September 2009 (5)
Quotes
“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)
Total Pengunjung
Followers
My Account Facebook
Mengenai Saya

- Mariana Ulfa
- Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..