"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Bertambahnya Pundak

Bismillah..
terlepas dari apapun, mungkin untuk saat ini, ini adalah pinangan paling membuat deg2an diantara sebelumnya. Satu keyakinan cukup tertancap pasca diskusi penguat ruh beberapa waktu yang lalu di mushola Rumah Cahaya.

"Tugas ulfa hanya berusaha, dan jangan sombong untuk menyelesaikannya sendiri. Kembali tersadarlah, bahwa kita hanya makhluk kecil, yang patut merasa lemah di hadapan-Nya, dan kemudian Allah lah yang menyiapkan balasan yang pantas atas tetes peluh kita dalam berproses..."

Faidzaa 'azzamta fatawakkal 'alallah..

Semoga tetap dikuatkan pundak, niatan, dan segala kobaran semangat perbaikan sampai akhir husnul khotimah nantinya.
Selamat datang, keluarga dan kehidupan baruku :') 

Semoga setiap aktivitas bersamamu merupakan benang2 yang merangkaikan kedekatan dengan Allah yang semakin erat..
Menguatkan. Mencharger ruhy. Menebar kebermanfaatan. Dalam mimpi besar.

Prasangka


from here

Pernahkah kita berprasangka?
Pernahkah kita bersuudzon?
Atau mungkin memikirkan suatu sifat orang yang ada di hadapan kita yang seketika itu membuat kita beristighfar dan membalikkan pikiran bahwa ‘mungkin kita tidak lebih baik darinya’ sebagai koping yang dahsyat?

Sedikit rumit memang memahami kata-kata di atas. Akan tetapi tidak dipungkiri bahwa tidak sedikit orang yang terkadang merasa khawatir atas penilaian orang terhadap diri kita atau atas apa yang kita lakukan. Entah takut dikira sombong ketika berprestasi, dikira riya ketika beramal, dikira sok pintar ketika berpendapat atau dikira-dikira negatif yang lainnya.

MasyaAllah.. sesungguhnya kalau kita menyadari, segala apapun bentuk kesuudzonan terhadap orang lain terhadap kita itu sebenarnya adalah wujud perlahan kita mulai mencurigai diri sendiri. Dalam artian, kita tidak akan pernah sempat terbersit praduga-praduga itu ketika kita sendiri sebelumnya pernah membersitkannya kepada orang lain. Iih ngeri.. astaghfirullah.. hati memang hanya Allah yang tahu.

Itulah pentingnya kenapa kita harus benar-benar serius menata hati ketika menjalin hubungan dengan sesama manusia. Dalam berkomunikasi, berinteraksi, berekspresi, memberi feedback dan segala hal yang ada kaitannya dengan hablum minannas. Cukup sulit, namun butuh proses untuk kesempurnaan ikhtiar. Sehingga segala bentuk senyum, kata yang terucap, uluran tangan, pengorbanan untuk orang lain akan mengalir begitu saja dengan derasnya, tanpa ada was-was dan bisik-bisik yang tidak kita kenali adanya...

Ikhlas tanpa batas... jauh dari kesuudzonan...
Kuatkan kami dalam menata hati jauh dari penyakit ya Rabb..

_Dalam istighfar_
Yunus JT 2, Rumah Cahaya
22/12/2012
22:31 WIB

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..