"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"
_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum
"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)
Itu dulu, Ini sekarang...
Dulu... ketika SMA saya selalu
mengerjakan tugas dengan hati. Rasanya puas, tenang, dan mengerjakannya pun
ringan. Meskipun orang bilang tugas kami banyak, tapi saya rasa segala hal itu
terlampaui saja dengan lancarnya, paling hanya sedikit berkelok saja..
Sekarang... Mana dulu yang harus
dikerjakan? Kata orang dulu, “Bersyukur dek, sekarang di aksel tugasnya banyak,
nanti kalau sudah kuliah terbiasa”. Iya kah? Saya rasa itu sebatas hiburan
zaman dulu saja, supaya saya semangat mengais kesungguhan yang dipetik buahnya
kelak di akhir nantinya. Saya rasa ini jalannya lebih terjal, berliku, berbatu
dan naik turun dibawah panas terik (mungkin akan seperti ini, meskipun kalau
untuk sekarang terlalu berlebihan).
Dulu... ketika penghujung SMA,
saya bisa kok, belajar dalam keterbatasan. Karena niatnya bulat, meskipun
kehujanan di malam hari, besok dobel-dobel ulangan. Tapi rasanya kamar yang
sekarang saya tinggalkan itu menjadi saksi bisu, bagaimana Allah memudahkan
fokus belajar saya dulu, bagaimana indahnya kesungguhan dulu...
Sekarang... pendukungnya banyak,
motivatornya banyak. Tapi rasanya... Uhm, mungkin ini proses kali ya,
insyaAllah bisa juga nantinya :’)
Dulu... atau karena saya masih
belum banyak bertambah dosanya? Atau, masih belum terkontaminasi hal yang
macam-macam? Maksudnya? Entahlah, tak tahu juga saya..
Atau sekarang... yang sudah
berbeda niatannya? Atau... masih belum banyak bekal ruhiyah?
Yang jelas, setiap masa akan ada ujiannya masing-masing.
Ini sekarang dan itu dulu... Mungkin karena kerjaan saya dulu cukup belajar,
main, les, ngaji, organisasi di rumah, dan hal-hal simple lainnya (haa, geli
mengingatnya, ngapain aja dulu?). Telah berlaku hukum alam, bahwa setiap sosok
manusia yang belum terbiasa menikmati pahit getirnya hidup, kelak suatu saat
akan banyak pilihan dalam menghadapi pahitnya kehidupan, antara memilih untuk
kalut, panik, dan lainnya. Sedangkan orang yang memilih untuk merasakan pahit
getirnya kehidupan, ialah yang akan menggenggam kehidupan kelak suatu saat, ia
yang berhak menikmati manisnya kehidupan di ujungnya kelak. Itulah hadiah bagi
orang-orang yang mau melewati masa-masa pahit dalam hidupnya dengan ikhlas,
lapang, senyum dengan penuh kesungguhan dan rasa syukur tiada tara.
Baiklah, ini hanya sebuah proses
yang saya sadari. Bahwa saya sedang memilih keputusan untuk menjalani hidup.
Menjalani dengan melatih diri dalam kepahitan. Meskipun baru tahap-tahap seperti
ini, yang berusaha menyibukkan diri untuk hal yang jauh lebih berdampak dari
hanya sekedar kepentingan diri sesaat, dari hal-hal yang menumbuhkan kepekaan
hati terhadap kebutuhan sekitar, dari waktu yang terus harus dipantau untuk
peluang banyak amal, dan hal-hal lain yang stepnya masih tertatih.
Segala hal ini wajar, hanya saja
dengan suatu kepastian bahwa saya butuh lebih banyak mensuplay ruhy untuk
sumber kekuatan dan mempompa dengan keras kesungguhan yang terkadang sempat
bocor sana sini.
Khairunnas anfa’uhum linnas..
Sesungguhnya jiwa, raga, jasad
ini bukan hanya untuk bertopang demi berdiri tegaknya nama Mariana Ulfa saja,
namun sejuta hal dapat saya lakukan untuk mendongkrak suatu hal besar dengan
nama yang terpatri dalam jiwa, raga dan jasad yang selalu terasa rendah di
hadapan-Nya.
Rabu, 20032013
14:56 p.m
Al Baqarah, JT 1
_selingkup laporan tutorial_
15.06
|
Label :
Curhat
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Akselerasi Punya Cerita
- amanah
- Anugerah
- Berbagi
- Biah Sholihah
- cerita cinta
- cinta
- Curhat
- dakwah
- dreams
- DS
- Dunia Akselku
- GC
- hikmah
- inspiring
- keluarga
- Mata Cahaya
- MSC
- muhasabah
- muslimah
- Ners Muda
- Proud of Islam
- PSIK
- QA
- quotes
- refleksi diri
- Romance
- Sepenggal Kisah
- Share
- spontan pikir
- Syair
- syukur
- Terima Kasih
- ukhuwah
Catatanku Hari Ini
-
►
2018
(1)
- ► April 2018 (1)
-
►
2016
(10)
- ► Oktober 2016 (2)
- ► Februari 2016 (4)
- ► Januari 2016 (3)
-
►
2015
(11)
- ► Desember 2015 (7)
- ► November 2015 (1)
- ► September 2015 (2)
- ► Januari 2015 (1)
-
►
2014
(38)
- ► Desember 2014 (1)
- ► November 2014 (3)
- ► Oktober 2014 (2)
- ► September 2014 (3)
- ► Agustus 2014 (2)
- ► April 2014 (1)
- ► Maret 2014 (2)
- ► Februari 2014 (12)
- ► Januari 2014 (6)
-
▼
2013
(56)
- ► Desember 2013 (3)
- ► November 2013 (2)
- ► Oktober 2013 (4)
- ► September 2013 (2)
- ► April 2013 (9)
- ▼ Maret 2013 (10)
- ► Februari 2013 (11)
-
►
2012
(28)
- ► Desember 2012 (2)
- ► November 2012 (3)
- ► September 2012 (3)
- ► Agustus 2012 (5)
- ► April 2012 (3)
- ► Maret 2012 (1)
- ► Februari 2012 (4)
- ► Januari 2012 (6)
-
►
2011
(4)
- ► September 2011 (1)
- ► Maret 2011 (2)
-
►
2010
(2)
- ► September 2010 (1)
- ► Februari 2010 (1)
-
►
2009
(10)
- ► Desember 2009 (1)
- ► Oktober 2009 (4)
- ► September 2009 (5)
Quotes
“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)
Total Pengunjung
Followers
My Account Facebook
Mengenai Saya
- Mariana Ulfa
- Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..
0 komentar:
Posting Komentar
Seberkas feedback semoga menjadi amal :)